Wednesday 7 October 2015

Nikmatnya tubuh sepupuku MOVA JKT48

Mova ini sepupuku, orangnya seksi sekali. Bukan berarti dia sering pakai baju seksi atau bicara yang nyerempet-nyerempet hal begituan, tapi tidak tahu kenapa kalau saya sedang berada dalam satu ruangan dengan dia, selalu pikiran saya membayangkan hal-hal yang erotik tentang dia yang saya tidak pernah terpikirkan sama wanita lain.

Tubuhnya sebetulnya biasa-biasa saja, tidak terlalu tinggi, tapi proporsional. Dan kalau orang sekarang bilang, body-nya bahenol dan tetap jelas lekuk-lekuk tubuhnya tampak bila dia berpakaian. Rambutnya panjang sebahu dengan payudara yang sedikit lebih besar dari rata-rata, dan mengacung ke atas.
Suatu ketika saya main ke rumahnya bersama orangtuaku, berniat untuk mengunjungi om dan tante ku (orangtua Mova). Saat itu ayah Mova sedang membetulkan mobilnya di kebun depan rumah Mova. Kami semua berada di situ melihat ke dalam mesin mobil tersebut. Saya berdiri persis di sebelah Mova. Dia berada di sebelah kanan saya. Pada waktu itu Mova memakai baju jenis baju tidur, berbentuk celana pendek dan baju atasan. Warnanya biru muda sekali sampai hampir putih dengan gambar hiasan bunga-bunga kecil yang juga berwarna biru muda.
Lengan bajunya lengan buntung, dan pas di pinggir lengan bajunya di hiasi renda-renda berwarna putih manis. Bajunya karena itu pakaian tidur jadi bentuknya longgar dan lepas di bagian pinggangnya. Bagian bawahnya berupa celana pendek longgar juga, sewarna dengan bagian atasnya dengan bahan yang sama.

emua melihat ke dalam mesin mobil sehingga tidak ada yang melihat ke arah saya. Pada saat itu lah saya melirik ke arah Mova dan melihat payudara Mova dari celah bawah ketiaknya. Perlu diingat bahwa tinggi badan saya saat  itu persis sebahu Mova. Dia tidak menggunakan BH waktu itu. Puting susunya yang coklat dan mengacung kelihatan dengan jelas dari celah itu karena potongan lengan bajunya yang kendor. Hampir seluruh payudara Mova yang sebelah kiri dapat kelihatan seluruhnya. Tentu saja dia tidak sadar akan hal itu.
Suatu ketika ada juga saat dimana kami sedang bersama-sama melihat TV di ruang tamu. Saya duduk di sofa untuk satu orang yang menghadap langsung ke TV. Dan Mova duduk di sofa panjang di bagian sebelah kiri dari TV di depan kiri saya. Saya dapat langsung melihat TV, tapi untuk orang yang duduk di sofa panjang itu harus memutar badannya ke kiri untuk melihat TV, karena sofa panjang tersebut menghadap ke arah lain.

Mova akhirnya memutuskan untuk berbaring telungkup sambil melihat TV karena dalam posisi tersebut lebih mudah. Dia memakai baju tidur berupa kain sejenis sutera putih yang bahannya sangat lemas, sehingga selalu mengikuti lekuk tubuhnya. Baju tidur ini begitu pendek sehingga hanya cukup untuk menutupi pantat Mova. Bagian atasnya begitu kendor sehingga setiap kali tali bahunya selalu jatuh ke lengan Mova dan dia harus berulang-ulang membetulkannya.

Dalam posisi telungkup begitu baju tidurnya pun tersingkap sedikit ke atas dan menampakkan vagina Mova dari belakang. Kebetulan saya duduk di bagian yang lebih ke belakang dari pada Mova, jadi saya dapat melihat langsung dengan bebasnya. Semakin dia bergerak, semakin bajunya tersingkap ke atas pinggulnya. Mova pada saat itu tidak memakai pakaian dalam sama sekali, karena kebetulan rumah sedang sepi dan sebetulnya itu waktu tidur siang.
Kadang-kadang pahanya merenggang dan vaginanya lebih jelas kelihatan lagi. Mova agaknya tidak perduli kalau saat itu saya sedang berada di situ juga. Sesekali dia bangun untuk ke dapur mengambil minum, dan sekali ini tali bajunya turun lagi ke lengannya dan menampakkan sebagian payudara kiri Mova. Kali ini dia tidak membetulkannya dan berjalan terus ke arah dapur.
Karena banyak bergerak dan membungkuk untuk mengambil sesuatu di dapur, akhirnya payudara kirinya betul-betul tumpah keluar dan betul-betul kelihatan seluruhnya. Sambil berjalan balik dari dapur, Mova tidak kelihatan perduli dan membiarkan payudara kirinya tetap tergantung bebas. Sesekali dia betulkan, tapi karena memang baju tidurnya yang belahan dadanya terlalu rendah, akhirnya turun lagi dan turun lagi. Dan setiap kali payudaranya selalu meledak keluar dari balik bajunya, kalau tidak yang sebelah kanan yang sebelah kiri. Mova tetap kelihatan seperti tidak terjadi apa-apa, walaupun satu payudara terbuka bebas seperti itu.

Mova kembali berbaring telungkup di sofa panjang melihat ke arah TV. Sekarang payudara kanannya yang tergantung bebas tanpa penutup. Setelah beberapa lama dan menggeser-geser posisinya di atas sofa, sekarang baju tidurnya sudah tidak rapi dan terangkat sampai ke pinggulnya lagi. Karena posisi pahanya yang sekarang tertutup, saya hanya dapat melihat sebagian bawah pantat Mova yang mulus dan sexy.
Mova menggeser posisinya lagi, dan sekarang tali baju yang sebelah kanan turun. Sekarang kedua payudaranya bebas menggantung di tempatnya tanpa penutup. Dari posisi saya tentunya hanya dapat melihat yang bagian kanannya karena saya duduk di bagian kanan. Mova balik lagi ke dapur untuk yang kesekian kalinya mengambil minum dan tetap membiarkan payudaranya terbuka dengan bebas. Dan balik lagi telungkup melihat TV.

Saya mencoba mengajaknya mengobrol dalam posisi itu. Tentu saja tidak mungkin karena dia menghadap ke arah TV. Pertama-tama dia ketahuan sedang malas diajak ngobrol dan hanya terlihat ingin melihat TV. Karena saya tetap bertanya-tanya ini itu ke dia, akhirnya dia pun mulai menanggapi saya.
Suatu ketika karena dia harus menghadap saya tetapi malas duduk, akhirnya dia membalikkan diri ke arah kanan untuk menghadap ke saya. Pada saat itu lah vaginanya terlihat dengan sempurna terpajang menghadap saya. Perlu diketahui, payudara Mova masih tetap tergantung bebas dan padat tanpa penutup karena dia tidak repot-repot lagi membetulkan letak tali bajunya.
Baju tidur Mova terangkat lagi sampai ke pinggul. Dan dia tetap ngobrol seperti seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Cukup lama juga kami ngobrol dengan posisi dia seperti itu. Kadang-kadang malah kakinya mengangkang menampakkan vaginanya. Dan dia tetap bersikap seakan-akan tidak ada apa-apa dan tetap berbicara biasa.

Akhirnya saya tidak kuat lagi. Suatu saat, pada saat dia mengambil makanan dari atas meja dan posisinya membelakangi saya, vagina Mova mengintip dari celah pahanya dari belakang tepat 1-2 meter di depan wajah saya. Saya buka retslueting saya yang dari tadi sudah berisi penis yang sudah keras tidak kepalang tanggung, dan mengeluarkannya dari celana dalam saya.
Dari belakang saya menghampiri Mova perlahan. Pada saat ini dia masih belum tahu dan masih tetap memilih-milih makanan, sampai terasa ada tangan yang memegang kedua payudaranya dari belakang dan merasakan ada benda panjang, besar dan hangat menyentuh-nyentuh di sela-sela paha dan belahan pantatnya.
Mova terkejut. Saya tetap meremas dan memainkan kedua payudara Mova dengan kedua tangan saya dan mulai perlahan-lahan menyelipkan penis saya ke dalam vaginanya. Vagina Mova selalu basah dari pertama karena dia dapat menjaga situasi dirinya sehingga tetap basah walaupun pada saat-saat dia tidak nafsu untuk bermain sex. Penis saya masuk ke dalam Vagina Mova dari belakang. Mova melenguh tanpa dapat berbuat apa-apa karena semuanya berlangsung begitu cepat. Tangannya bertumpu ke atas meja makan.
Mungkin dia bertanya-tanya juga dalam hati, ini anak SMA tapi mainnya sudah seperti anak kuliahan. Saya mulai membuat gerakan maju mundur sambil tangan saya masih meremas-remas payudaranya. Mova terdorong-dorong ke meja makan di depannya, payudaranya bergoyang-goyang seirama dengan dorongan penis saya ke dalam vaginanya. Kaki Mova dalam posisi berdiri mengangkang membelakangi saya.
Akhirnya saya klimaks. Sperma demi sperma menyemprot dengan kuatnya ke dalam vagina Mova, sebagian meleleh keluar dari dalam vagina ke bagian paha dalam Mova yang masih berdiri mengangkang membelakangi saya. Setelah semprotan terakhir di dalam vagina Mova, kami masih berdiri lemas tanpa merubah posisi. Kepala saya lunglai ke depan, kepala Mova juga, napas kami terengah-engah, dan keringat banjir membasahi tubuh kami.
Akhirnya saya menarik penis saya keluar dari vagina Mova, dan kembali memasukkannya ke dalam celana dalam dan menarik kembali retslueting ke atas. Mova masih terengah-engah dalam posisi yang belum berubah bertumpu dengan kedua tangan ke atas meja makan. Vagina dan belahan pantatnya masih terpajang bebas bergerak seirama dengan desah napasnya.

Saya kembali duduk di depan TV, dan Mova kembali ke sofa panjang tempat tadi dia berbaring, tapi sekarang dia tidak telungkup, melainkan duduk tanpa membetulkan letak dan posisi bajunya atau membersihkan bekas-bekas sperma dan keringat yang ada di sekujur tubuhnya.
Mova duduk bersandar rileks dan vaginanya terlihat terpajang dengan jelas karena posisi duduknya yang terbuka lumayan lebar. Matanya setengah terpejam tergolek di atas sandaran sofa. Tangannya lunglai di samping badannya. Napasnya masih terengah-engah. Dia melirik sedikit ke arah saya dan tersenyum. Saya pun tersenyum nakal padanya bagaikan normalnya anak umur 15 tahun. Dan dia berdiri berjalan masuk menuju ke kamar tidurnya.

Mova ini kalau lagi merasa sendirian di rumah memang betul-betul cuek. Pada saat lain dimana saya sedang main ke rumahnya sendiri menggunakan sepeda dengan tujuan utama untuk menyampaikan pesan ayah/ibu ke orangtua-nya namun mereka tidak ada dirumah, Mova kerap kali memakai baju semaunya dan sangat minim tanpa repot-repot pakai pakaian dalam. Kadang-kadang hanya memakai T-shirt sebatas pantat yang kebesaran dan longgar tanpa pakai apa-apa lagi, dan sudah kebiasaan Mova kalau duduk posisinya tidak rapi, sehingga pinggul dan selangkangannya seringkali merenggang dan menampakkan vaginanya yang segar dan basah.


Kadang-kadang dia hanya memakai gaun tidur putih ‘backless’ tipisnya yang mini dengan belahan dada rendah sebatas puting, sehingga puting susunya seringkali nampak mengintip keluar. Atau mondar-mandir hanya memakai kimono handuk hijau mudanya sebatas paha. Dan kalau pakai kimono begitu dibiarkannya tali pinggangnya tidak diikat hingga bagian depannya tubuhnya terbuka. Jalan ke dapur atau duduk nonton TV di sofa tanpa membenarkan letak kimononya, atau makan siang setengah telanjang. Dan Mova sudah biasa begitu jika merasa tidak ada orang di rumah. Vaginanya selalu bebas tanpa penutup.

Ada kalanya dimana dia baru pulang sekolah dan masih berbaju SMA putih abu-abu. Semasuknya di rumah yang pertama dilepas adalah celana dalam dan BH-nya dulu. Dan itu dilakukannya dengan ekspresi seperti dia sedang melepas sepatu dan kaos kakinya, yaitu di ruang tamu, dan di depan mata saya.
Pernah celana dalam dan BH-nya dilempar ke arah wajah saya sambil dia tertawa bercanda, atau biasanya dilemparkan saja semaunya di lantai. Terus biasanya dia kemudian makan siang sambil nonton TV dengan baju OSIS SMA-nya ditambah payudaranya yang montok padat berisi dan terkocok-kocok jika Mova bergerak dengan puting susunya yang tercetak jelas. Biasanya penis saya perlahan-lahan mengeras.
Kalau lagi tidak tahan, tanpa basa basi saya buka retslueting celana, keluarkan penis, angkat rok SMA-nya sampai ke pinggang, tidak perduli dia sedang melakukan apa dan memasukkan penis saya tanpa minta ijin dia dulu. Biasanya sih dia kaget, tapi tidak berkata apa-apa sambil mulai menikmati gerakan penis saya mengaduk-ngaduk vaginanya.
Setelah sperma saya tumpah di dalam, dia pun kembali meneruskan apapun aktivitasnya yang sempat terhenti oleh sodokan penis saya. Malah seringkali sepertinya aktivitas Mova tidak terganggu dengan adanya gesekan penis tegang dalam vaginanya. Karena pernah suatu waktu dia masak di dapur dengan telanjang bulat karena mungkin pikirnya tidak ada orang di rumah.

Selagi dia masih menghadap ke arah kompor, pelan-pelan dari belakang saya menghampiri dengan penis teracung. Perlahan-lahan saya selipkan penis berat saya yang sudah keras di antara celah selangkangannya dari belakang.
Dia kaget dan menengok sebentar, dengan suaranya yang khas dan nada cuek biasanya dia hanya bilang, “Eh kamu..!”
Kemudian secara refleks dia melebarkan posisi antara kedua kakinya, sedikit menunggingkan pantatnya dan membiarkan saya bermain dengan payudaranya dan melanjutkan memasukkan penis saya dari belakang dan menyantapnya sampai selesai.
Memang karena badan saya yang masih setinggi bahunya, setiap kali saya harus naik ke kursi agar dapat memasukkan penis saya ke dalam vagina Mova. Dan itu saya lakukan ‘anytime-anywhere’ di rumahnya selama hanya ada Mova sendiri di rumah.

Sepertinya Mova begitu merangsang karena pakaiannya dan cara dia menempatkan posisi tubuhnya yang seakan-akan selalu menyediakan vaginanya yang segar, bersih, sehat, basah dan berlendir itu 24 jam buat limpahan sperma dari penis saya yang bersih, besar, berat dan panjang (walaupun waktu itu saya masih belum terlalu dewasa) ini di dalamnya. Mungkin ini yang membedakan dia dengan remaja-remaja perempuan lainnya.



Artikel terkait:

Sunday 4 October 2015

Adik kelasku Bebby JKT48


Siang itu aku mengunjungi SMAku, salah satu SMA favorit di Jakarta. Sebagai murid yang lumayan aktif di SMA tersebut, aku masih sering ikut membina kegiatan ekstra kulikuler yang ada walaupun diluar jam sekolah ku, di antaranya melatih eskul musik dan Bulutangkis. Kesempatan ini juga aku pakai sebagai kesempatan untuk mengunjungi adik-adik kelasku yang cantik-cantik. Dan sebagai kakak kelas kadang kala membuat usahaku untuk mendekati mereka tidak terlalu sulit. Salah satu adik kelas yang dekat denganku adalah Beby.
Hari itu adalah hari Sabtu, di mana aku menyempatkan diri untuk bermain bulutangkis. Dan Beby, sedang mengikuti latihan cheers sore itu.

“Hai, kak… Mau main bulutangkis yah di atas? ” tanya Beby saat berpapasan denganku.
“ Hai, Beb. Iya nih lagi mau main ke atas. Kamu lagi latihan?“ tanyaku balik.
“Iya, kak. Tapi aku haus, mau beli minum dulu di depan.”
 “Oke, sampai jam berapa latihannya, Beb?”
“Jam 4 juga sudah selesai, Kak”
“Baiklah. Kalau sempat nanti main-main lah ke atas.”
“Beres deh…. kebetulan aku minta di jemput pak Min agak lama kak. Biar kita bisa berduaan lebih lama….”

Seeerrr mendengar kalimat Beby membuat pikiran ku sekilas membayangkan apa yang akan terjadi nanti.
Sekitar jam 4, pintu aula atas terbuka dan muncullah Beby dengan mengenakan kaus gombrong dan celana hotpans yang membuat cetakan lembah di antara kedua pahanya terlihat samar2.

“Lho, kak… Mana yang lain? Kok kakak sendirian?” tanya Beby mellihatku sedang bermain bayangan dengan tembok.
“Iya, yang lain baru aja pulang.” Sahutku sambil menghampiri Beby dan mengecup bibirnya.
“Ahhhhh, kak….jangan begitu nanti kalo ada yang masuk bisa repot.” Desah Beby saat kukecup bibirnya.
“Hehehehe…. nga ada yang bakalan ke sini Beb.”
“Kamu mau menemani kakak bermain? ”
“Boleh, Kak…”
Lalu setelah 15 menit kami bermain terlihat Beby memberikan tanda untuk menghentikan permainan.
 “Kak, udah dulu ya… Aku capek.” Lalu kamipun duduk-duduk di pinggir lapangan. Dan Beby tiduran di atas pahaku.
“Capek, Beb?”
“Iya, kak. Tadi soalnya lumayan latihannya. Dan tadi waktu aku jadi base sempat terjatuh.”
“Nih, lihat memar kan lutut ku?” kata Beby sambil menunjukkan lututnya yang memang seperti lebam.
“Duh, kamu, hati-hati donk Beb. Tuh liat sampai lebam gitu lutut kamu.”
“Sakit? ” tanyaku sambil memegang dan mengelus-ngelus lututnya.
“Ngga ka, geli iya” jawabnya sambil tertawa kecil. Melihat Beby tertawa membuatku gemas dan langsung saja kucium bibir mungilnya.
“Kak… Kak aku takut ada yang datang”
“Tenang” kubangunkan Beby sebentar dan “cklek” suara pintu aula kukunci dan kemudian kumatikan lampu aula tersebut.
“Sini, beb mana tadi yang lebam? Aku liat lagi”
Tak lama segera kurangkul Beby dan kukecup lembut bibirnya.
“Makanya lain kali hati-hati yah kamu”
“Iya kak…”
Lalu kamipun kembali bercumbu kembali. Semakin lama cumbuan kami semakin panas dan membara. Dengan adrenalin yang keluar sehabis kami berolahrga membuat suasana di dalam aula menjadi panas.
Kuberanikan diri untuk mencumbu Beby lebih jauh lagi. Ciumanku turun menyusuri leher jenjang Beby.
“Oh… kak…” Beby membalas cumbuanku dengan desahan dan tangan yang semakin erat dileherku.
Melihat sambutan yang mendukung, tanganku mulai berani bergerilya. Tangan kiriku tetap menopang badannya, sedangkan tangan kanan mulai menuruni dadanya. Terasa sangat kenyal sekali payudara Beby di tanganku yang merabanya dari luar kaosnya….
“Ouuughh, kak…”
Segera kukulum lagi bibirnya untuk menghentikan desahannya. Dan tanganku meremas pantadnya yang begitu kenyal.
Segera kutarik Beby ke dalam Ruang ganti. Hasratku untuk berbuat lebih jauh semakin tak tertahan. Segera kurebahkan Beby ke atas meja yang ada di ruang ganti tersebut.
Kembali kami berciuman dengan liarnya. Tanganku tak tinggal diam. Kusingkapkan dan kulepas kaos yang dikenakan oleh Beby. Kuremas remas dengan lembut kedua bukitnya dibalik Bra model sport yang dikenakannya.
“Oh… Kak…” Beby pun semakin liar dengan remasan2 lembut yang kuberikan. Tangannya tak tinggal diam melepaskan kaos yang kukenakan yang semakin basah oleh keringat nafsu.
Kutanggalkan Bra yang melekat, dan kududukan Beby di meja. Ciumanku bergerilya menuruni lehernya yang jenjang dan turun menuju kedua bukit kembar yang begitu menggoda.
Kuelus lembut dan kemudian kujatuhkan ciumanku di bukit sebelah kirinya. Kekecup dan kemudian kusedot kecil…
“Awww, kak… Oughhh” pekik Beby sebagai reaksi atas aksi yang kuberikan kepadanya. Melihat reaksi demikian membuatku mengekplorasi lebih lanjut. Kuremass-remas dada Beby sebalah kanan. Dan pentil yang kecil kupilin-pilin lembut.
Bebypun semakin liar dan lenguhan2nya membuat adrenalinku semakin kencang mengalir. Membuatku gemas. Kutarik lembut pentil membuat Beby berpekik
 ”Awww, kak…sakit…”
Tak kuhiraukan pekikan Beby. Tanganku segera menarik lepas celana hotpans yang melekat. Di bagian tengan celana dalam Beby yang bermodel mini tercetak sebuah pulau kecil. Mungkin akibat cairan yang keluar, tanda ia sudah terangsang sekali.
Kuelus2 bagian tengan celana dalamnya membuat Beby semakin menjerit ”Ouchhh, kak…Ochhh…”
Kuselipkan jariku kedalam celana dalamnya, dan kumainkan jari-jariku di atas klitnya ”Ochh kak, terusss kak… geli…”
Merasa terganggu dengan celana dalamnya, segera kulepas dan kubuang ke lantai.
Setelah celana itu terlepas, kubuka celana pendek dan celana dalamku, segera aku berlutut mengamati dan mengelus-ngelus kemaluannya dengan lembut. Semakin cepet elusan yang kuberikan membuatnya semakin melenguh dengan keras ”Ochh, kak… Ouchhhh..”
Kukecup vagina itu… Hmmmm wangi khas vagina yang saat itu aneh bagiku namun memberikan sensasi lain. Kuberanikan lidahku untuk bermain di vagina Beby…Kusapu permukaannya atas dan bawah….
“Kakkk… ouchh… terrus kak….”
“Kak.. ah….. ”
Seiring desahan yang keluar, vagiananya mengeluarkan cairan. Kujilat dan kuhisap seakan tidak ingin membiarkan cairan itu keluar begitu saja.
Akibat dari hisapanku Beby berteriak ”Ah….Ah…Ah…Kakkkk!! Beby mau pipis Kakkk….. Ahhhh” Melihat ini segera kumasukan jariku dan kukocok didalamnya semakin lama semakin cepat disertai dengan jilatan2 lidahku. Akhirnya “Arrrgggggghhhhh Kakkkkkkkk…” Tubuh Beby mengejang hebat.
Kubiarkan Beby menikmati Orgasmenya. Orgasme yang mungkin pertama baginya. Saat membuka matanya Beby berkata ” Kak, oh…..nikmat sekali..” Kukecup bibirnya dan kemudian kubisikkan ” Beby, I Love U So Much”
“Love u too” Kembali kami berpagutan dengan mesra. Kubimbing tangan Beby untuk menyentuh kemaluanku yang berdiri tegak. Ku berikan contoh untuk mengocok kemaluanku. Kocokan tangan Beby yang mungil dan lembut membuatku berdesis “Oh… ya Beby… Oh… Enak beb..” kumainkan kembali kemaluan Beby yang masih basah, kupilin-pilin klitnya ”Ouhhhh kak… Gatel lagi kak…”

Segera kuposisikan diriku diantara kedua kakinya dengan isyarat kumohon izin darinya. Tak ada kata terucap, hanya anggukan kecil. Kuposisikan kemaluanku tepat di depan kemaluannya, kugosok-gosok kecil dan berputar memainkan klitnya, membuat Beby tak tahan dan merebahkan badannya di meja sambil meremas-remas bukitnya.

Setelah kurasa pas dan kemaluannya kembali basah oleh lendir kenikmatannya. Kutekan kepala kemaluanku menyeruak membuka jalan di dalam kemaluan Beby ”Ah…kak… Sakittt!!!” pekik Beby saat kepala kemaluanku berhasil menerobos masuk. Kebelai rambutnya dan kupagut bibirnya yang bertujuan untuk menenangkannya. Setelah kurasa kemaluannya mulai beradaptasi dengan adanya benda asing didalamnya kutekan dan kukeluarkan masukan kemaluanku pelan-pelan sampai akhirnya “Crreeeetttzzz…” kemaluanku seperti menyobek sesuatu dan “Blessss!!!” masuklah seluruh kemaluanku di dalam vagina Beby. “Kakkkkkk……Awwww!!!” Jeritan Beby dan kulihat tetes air mata di ujung matanya.

Oh….vagina yang sempit dan peret mencengkeram kemaluan begitu erat. Kuremas-remas payudara Beby dan kucumbu bibirnya untuk menenangkannya. Setelah kulihat Beby lebih tenang, kuayun perlahan-lahan kemaluanku kembali.

Bebypun mulai menikmati ayunanku, kucoba dengan ayunan 9 kecil 1 dalam. Satu… Dua… Tiga… Empat… Lima… Enam… Tujuh… Delapan… Sembilan… Seeeeepppppuluh…… Saat hitungan kesepuluh kubenamkan semua kemaluanku menyeruak ke dalam vaginanya.
”Ohhhhhh…kakkkkk…”

Kuulangi lagi…Satu… Dua… Tiga… Empat.. Lima… Enam… Tujuh… Delapan… Seeeemmmmbiilllaannn… Seepppppulluhhhhh… kuulangi dengan tekanan pada ayunan kesembilan dan kesepuluh ”Ohhh…kakk…… Enakkkk…kakak… Terus Kakk…!!!” Desahnya.

Kuulangi lagi dengan kombinasi sama…dan pada ayunan yang keempat Beby berteriak “Kakkkkk ayo Kakkk Beby Mau keluar lagiiii” Ayunan ke enam saat baru saja kubenamkan kemaluanku dihitungan keempat, Beby menjerit ” Ahhhhhh……ahhhhh……… Kakkkkk……”dan tubuh Beby kejang-kejang dan digigitnya tanganku “Ahhhhh…” Kubiarkan kemaluanku masih berada di dalam kemaluannya….

Saat Beby mulai menguasai diri, kuminta ia untuk membelakangiku dengan posisi nungging dan bertumpu di meja. Melihat posenya membuatku gemas, kukecup vaginanya dan kuberikan tepukan ringan pada bongkahan pantatnya. Segera kemudian kutancapakan kembali kemaluanku ke dalam vaginanya. Posisi ini membuat kemaluanku semakin dalam masuk ke dalam vaginanya.



“OHHHH Kakkkk…..” tusukan pertama dengan posisie doggy membuat Beby melenguh. Kuayun dan kupompa kemaluannya.

“Cleppp….Cleppp….Clepppp” Suara kemaluan kami beradu diiringi dengan suara beceknya vagina Beby oleh cairan yang keluar dari kemaluan Beby.

Kupompa dan semakin lama kutingkatkan kecepatan kocokan pada kemaluannya membuat Beby tak tahan
“Kakkkk Ouuchhh….Ouch…”
“Ouch….Kakkk aku Mau Keluar lagii…”
“OOuuuchhh… Ahhh… Iya Beb… Aku juga sebentar lagi keluar, kita bareng yahh…” Kukecup bibirnya dari belakang sambil kuremas bukit kembarnya.
Kembali kugenjot Beby dengan cepat.

“ochhh….oh….Kak…..”
“Ayo Beb…Ohhh…Ohh…”
“Oh… Kak… I Luv U kakk”
“I love u tooo Beby”
“Crrrrooooottttsss… Croooots… Crooootsss… Crotsss…Croootsss” semburan spermaku didalam rahimnya mengiringi orgasmeku.
“Ochhh.. Oh… Kaaaaakkkkkkkk... Kaakkk” jerit Beby menjemput orgasmenya kembali.
Setelah kami mencapai orgasme kami bersama, kurebahkan badanku di atas Beby sambil memejamkan mata menikmati orgasme bersama yang baru kami reguk. Kubiarkan kemaluanku tetap berada didalam kemaluannya yang serasa menjepit dan mengurut-urut.

“Plooopp…” Suara kemaluanku yang mengecil dan keluar dari sangkar emas Beby, kubuka mata dan ku kecup keningnya sambil mengucapkan ”Terima Kasih ya Beb”

Beby hanya tersenyum. Segera kami memakai kaus kami kembali dan di lantai lulihat ceceran sperma bercampur dengan darah perawannya.

“Kak jangan tinggalin Beby, Beby takut kehilangan kakak”

Demikian kata-kata terakhir yang kuingat membayangkan kejadian waktu itu. Lulus SMA Beby melanjutkan pendidikannya di negri sebrang dan aku sibuk dengan pekerjaanku. Membuat kami memutuskan untuk mengambil jalan sendiri-sendiri.


Artikel lainnya

Total Pageviews

Powered By Blogger

Translate

Send Quick Massage

Name

Email *

Message *

Entri Populer