Wednesday 7 October 2015

Nikmatnya tubuh sepupuku MOVA JKT48

Mova ini sepupuku, orangnya seksi sekali. Bukan berarti dia sering pakai baju seksi atau bicara yang nyerempet-nyerempet hal begituan, tapi tidak tahu kenapa kalau saya sedang berada dalam satu ruangan dengan dia, selalu pikiran saya membayangkan hal-hal yang erotik tentang dia yang saya tidak pernah terpikirkan sama wanita lain.

Tubuhnya sebetulnya biasa-biasa saja, tidak terlalu tinggi, tapi proporsional. Dan kalau orang sekarang bilang, body-nya bahenol dan tetap jelas lekuk-lekuk tubuhnya tampak bila dia berpakaian. Rambutnya panjang sebahu dengan payudara yang sedikit lebih besar dari rata-rata, dan mengacung ke atas.
Suatu ketika saya main ke rumahnya bersama orangtuaku, berniat untuk mengunjungi om dan tante ku (orangtua Mova). Saat itu ayah Mova sedang membetulkan mobilnya di kebun depan rumah Mova. Kami semua berada di situ melihat ke dalam mesin mobil tersebut. Saya berdiri persis di sebelah Mova. Dia berada di sebelah kanan saya. Pada waktu itu Mova memakai baju jenis baju tidur, berbentuk celana pendek dan baju atasan. Warnanya biru muda sekali sampai hampir putih dengan gambar hiasan bunga-bunga kecil yang juga berwarna biru muda.
Lengan bajunya lengan buntung, dan pas di pinggir lengan bajunya di hiasi renda-renda berwarna putih manis. Bajunya karena itu pakaian tidur jadi bentuknya longgar dan lepas di bagian pinggangnya. Bagian bawahnya berupa celana pendek longgar juga, sewarna dengan bagian atasnya dengan bahan yang sama.

emua melihat ke dalam mesin mobil sehingga tidak ada yang melihat ke arah saya. Pada saat itu lah saya melirik ke arah Mova dan melihat payudara Mova dari celah bawah ketiaknya. Perlu diingat bahwa tinggi badan saya saat  itu persis sebahu Mova. Dia tidak menggunakan BH waktu itu. Puting susunya yang coklat dan mengacung kelihatan dengan jelas dari celah itu karena potongan lengan bajunya yang kendor. Hampir seluruh payudara Mova yang sebelah kiri dapat kelihatan seluruhnya. Tentu saja dia tidak sadar akan hal itu.
Suatu ketika ada juga saat dimana kami sedang bersama-sama melihat TV di ruang tamu. Saya duduk di sofa untuk satu orang yang menghadap langsung ke TV. Dan Mova duduk di sofa panjang di bagian sebelah kiri dari TV di depan kiri saya. Saya dapat langsung melihat TV, tapi untuk orang yang duduk di sofa panjang itu harus memutar badannya ke kiri untuk melihat TV, karena sofa panjang tersebut menghadap ke arah lain.

Mova akhirnya memutuskan untuk berbaring telungkup sambil melihat TV karena dalam posisi tersebut lebih mudah. Dia memakai baju tidur berupa kain sejenis sutera putih yang bahannya sangat lemas, sehingga selalu mengikuti lekuk tubuhnya. Baju tidur ini begitu pendek sehingga hanya cukup untuk menutupi pantat Mova. Bagian atasnya begitu kendor sehingga setiap kali tali bahunya selalu jatuh ke lengan Mova dan dia harus berulang-ulang membetulkannya.

Dalam posisi telungkup begitu baju tidurnya pun tersingkap sedikit ke atas dan menampakkan vagina Mova dari belakang. Kebetulan saya duduk di bagian yang lebih ke belakang dari pada Mova, jadi saya dapat melihat langsung dengan bebasnya. Semakin dia bergerak, semakin bajunya tersingkap ke atas pinggulnya. Mova pada saat itu tidak memakai pakaian dalam sama sekali, karena kebetulan rumah sedang sepi dan sebetulnya itu waktu tidur siang.
Kadang-kadang pahanya merenggang dan vaginanya lebih jelas kelihatan lagi. Mova agaknya tidak perduli kalau saat itu saya sedang berada di situ juga. Sesekali dia bangun untuk ke dapur mengambil minum, dan sekali ini tali bajunya turun lagi ke lengannya dan menampakkan sebagian payudara kiri Mova. Kali ini dia tidak membetulkannya dan berjalan terus ke arah dapur.
Karena banyak bergerak dan membungkuk untuk mengambil sesuatu di dapur, akhirnya payudara kirinya betul-betul tumpah keluar dan betul-betul kelihatan seluruhnya. Sambil berjalan balik dari dapur, Mova tidak kelihatan perduli dan membiarkan payudara kirinya tetap tergantung bebas. Sesekali dia betulkan, tapi karena memang baju tidurnya yang belahan dadanya terlalu rendah, akhirnya turun lagi dan turun lagi. Dan setiap kali payudaranya selalu meledak keluar dari balik bajunya, kalau tidak yang sebelah kanan yang sebelah kiri. Mova tetap kelihatan seperti tidak terjadi apa-apa, walaupun satu payudara terbuka bebas seperti itu.

Mova kembali berbaring telungkup di sofa panjang melihat ke arah TV. Sekarang payudara kanannya yang tergantung bebas tanpa penutup. Setelah beberapa lama dan menggeser-geser posisinya di atas sofa, sekarang baju tidurnya sudah tidak rapi dan terangkat sampai ke pinggulnya lagi. Karena posisi pahanya yang sekarang tertutup, saya hanya dapat melihat sebagian bawah pantat Mova yang mulus dan sexy.
Mova menggeser posisinya lagi, dan sekarang tali baju yang sebelah kanan turun. Sekarang kedua payudaranya bebas menggantung di tempatnya tanpa penutup. Dari posisi saya tentunya hanya dapat melihat yang bagian kanannya karena saya duduk di bagian kanan. Mova balik lagi ke dapur untuk yang kesekian kalinya mengambil minum dan tetap membiarkan payudaranya terbuka dengan bebas. Dan balik lagi telungkup melihat TV.

Saya mencoba mengajaknya mengobrol dalam posisi itu. Tentu saja tidak mungkin karena dia menghadap ke arah TV. Pertama-tama dia ketahuan sedang malas diajak ngobrol dan hanya terlihat ingin melihat TV. Karena saya tetap bertanya-tanya ini itu ke dia, akhirnya dia pun mulai menanggapi saya.
Suatu ketika karena dia harus menghadap saya tetapi malas duduk, akhirnya dia membalikkan diri ke arah kanan untuk menghadap ke saya. Pada saat itu lah vaginanya terlihat dengan sempurna terpajang menghadap saya. Perlu diketahui, payudara Mova masih tetap tergantung bebas dan padat tanpa penutup karena dia tidak repot-repot lagi membetulkan letak tali bajunya.
Baju tidur Mova terangkat lagi sampai ke pinggul. Dan dia tetap ngobrol seperti seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Cukup lama juga kami ngobrol dengan posisi dia seperti itu. Kadang-kadang malah kakinya mengangkang menampakkan vaginanya. Dan dia tetap bersikap seakan-akan tidak ada apa-apa dan tetap berbicara biasa.

Akhirnya saya tidak kuat lagi. Suatu saat, pada saat dia mengambil makanan dari atas meja dan posisinya membelakangi saya, vagina Mova mengintip dari celah pahanya dari belakang tepat 1-2 meter di depan wajah saya. Saya buka retslueting saya yang dari tadi sudah berisi penis yang sudah keras tidak kepalang tanggung, dan mengeluarkannya dari celana dalam saya.
Dari belakang saya menghampiri Mova perlahan. Pada saat ini dia masih belum tahu dan masih tetap memilih-milih makanan, sampai terasa ada tangan yang memegang kedua payudaranya dari belakang dan merasakan ada benda panjang, besar dan hangat menyentuh-nyentuh di sela-sela paha dan belahan pantatnya.
Mova terkejut. Saya tetap meremas dan memainkan kedua payudara Mova dengan kedua tangan saya dan mulai perlahan-lahan menyelipkan penis saya ke dalam vaginanya. Vagina Mova selalu basah dari pertama karena dia dapat menjaga situasi dirinya sehingga tetap basah walaupun pada saat-saat dia tidak nafsu untuk bermain sex. Penis saya masuk ke dalam Vagina Mova dari belakang. Mova melenguh tanpa dapat berbuat apa-apa karena semuanya berlangsung begitu cepat. Tangannya bertumpu ke atas meja makan.
Mungkin dia bertanya-tanya juga dalam hati, ini anak SMA tapi mainnya sudah seperti anak kuliahan. Saya mulai membuat gerakan maju mundur sambil tangan saya masih meremas-remas payudaranya. Mova terdorong-dorong ke meja makan di depannya, payudaranya bergoyang-goyang seirama dengan dorongan penis saya ke dalam vaginanya. Kaki Mova dalam posisi berdiri mengangkang membelakangi saya.
Akhirnya saya klimaks. Sperma demi sperma menyemprot dengan kuatnya ke dalam vagina Mova, sebagian meleleh keluar dari dalam vagina ke bagian paha dalam Mova yang masih berdiri mengangkang membelakangi saya. Setelah semprotan terakhir di dalam vagina Mova, kami masih berdiri lemas tanpa merubah posisi. Kepala saya lunglai ke depan, kepala Mova juga, napas kami terengah-engah, dan keringat banjir membasahi tubuh kami.
Akhirnya saya menarik penis saya keluar dari vagina Mova, dan kembali memasukkannya ke dalam celana dalam dan menarik kembali retslueting ke atas. Mova masih terengah-engah dalam posisi yang belum berubah bertumpu dengan kedua tangan ke atas meja makan. Vagina dan belahan pantatnya masih terpajang bebas bergerak seirama dengan desah napasnya.

Saya kembali duduk di depan TV, dan Mova kembali ke sofa panjang tempat tadi dia berbaring, tapi sekarang dia tidak telungkup, melainkan duduk tanpa membetulkan letak dan posisi bajunya atau membersihkan bekas-bekas sperma dan keringat yang ada di sekujur tubuhnya.
Mova duduk bersandar rileks dan vaginanya terlihat terpajang dengan jelas karena posisi duduknya yang terbuka lumayan lebar. Matanya setengah terpejam tergolek di atas sandaran sofa. Tangannya lunglai di samping badannya. Napasnya masih terengah-engah. Dia melirik sedikit ke arah saya dan tersenyum. Saya pun tersenyum nakal padanya bagaikan normalnya anak umur 15 tahun. Dan dia berdiri berjalan masuk menuju ke kamar tidurnya.

Mova ini kalau lagi merasa sendirian di rumah memang betul-betul cuek. Pada saat lain dimana saya sedang main ke rumahnya sendiri menggunakan sepeda dengan tujuan utama untuk menyampaikan pesan ayah/ibu ke orangtua-nya namun mereka tidak ada dirumah, Mova kerap kali memakai baju semaunya dan sangat minim tanpa repot-repot pakai pakaian dalam. Kadang-kadang hanya memakai T-shirt sebatas pantat yang kebesaran dan longgar tanpa pakai apa-apa lagi, dan sudah kebiasaan Mova kalau duduk posisinya tidak rapi, sehingga pinggul dan selangkangannya seringkali merenggang dan menampakkan vaginanya yang segar dan basah.


Kadang-kadang dia hanya memakai gaun tidur putih ‘backless’ tipisnya yang mini dengan belahan dada rendah sebatas puting, sehingga puting susunya seringkali nampak mengintip keluar. Atau mondar-mandir hanya memakai kimono handuk hijau mudanya sebatas paha. Dan kalau pakai kimono begitu dibiarkannya tali pinggangnya tidak diikat hingga bagian depannya tubuhnya terbuka. Jalan ke dapur atau duduk nonton TV di sofa tanpa membenarkan letak kimononya, atau makan siang setengah telanjang. Dan Mova sudah biasa begitu jika merasa tidak ada orang di rumah. Vaginanya selalu bebas tanpa penutup.

Ada kalanya dimana dia baru pulang sekolah dan masih berbaju SMA putih abu-abu. Semasuknya di rumah yang pertama dilepas adalah celana dalam dan BH-nya dulu. Dan itu dilakukannya dengan ekspresi seperti dia sedang melepas sepatu dan kaos kakinya, yaitu di ruang tamu, dan di depan mata saya.
Pernah celana dalam dan BH-nya dilempar ke arah wajah saya sambil dia tertawa bercanda, atau biasanya dilemparkan saja semaunya di lantai. Terus biasanya dia kemudian makan siang sambil nonton TV dengan baju OSIS SMA-nya ditambah payudaranya yang montok padat berisi dan terkocok-kocok jika Mova bergerak dengan puting susunya yang tercetak jelas. Biasanya penis saya perlahan-lahan mengeras.
Kalau lagi tidak tahan, tanpa basa basi saya buka retslueting celana, keluarkan penis, angkat rok SMA-nya sampai ke pinggang, tidak perduli dia sedang melakukan apa dan memasukkan penis saya tanpa minta ijin dia dulu. Biasanya sih dia kaget, tapi tidak berkata apa-apa sambil mulai menikmati gerakan penis saya mengaduk-ngaduk vaginanya.
Setelah sperma saya tumpah di dalam, dia pun kembali meneruskan apapun aktivitasnya yang sempat terhenti oleh sodokan penis saya. Malah seringkali sepertinya aktivitas Mova tidak terganggu dengan adanya gesekan penis tegang dalam vaginanya. Karena pernah suatu waktu dia masak di dapur dengan telanjang bulat karena mungkin pikirnya tidak ada orang di rumah.

Selagi dia masih menghadap ke arah kompor, pelan-pelan dari belakang saya menghampiri dengan penis teracung. Perlahan-lahan saya selipkan penis berat saya yang sudah keras di antara celah selangkangannya dari belakang.
Dia kaget dan menengok sebentar, dengan suaranya yang khas dan nada cuek biasanya dia hanya bilang, “Eh kamu..!”
Kemudian secara refleks dia melebarkan posisi antara kedua kakinya, sedikit menunggingkan pantatnya dan membiarkan saya bermain dengan payudaranya dan melanjutkan memasukkan penis saya dari belakang dan menyantapnya sampai selesai.
Memang karena badan saya yang masih setinggi bahunya, setiap kali saya harus naik ke kursi agar dapat memasukkan penis saya ke dalam vagina Mova. Dan itu saya lakukan ‘anytime-anywhere’ di rumahnya selama hanya ada Mova sendiri di rumah.

Sepertinya Mova begitu merangsang karena pakaiannya dan cara dia menempatkan posisi tubuhnya yang seakan-akan selalu menyediakan vaginanya yang segar, bersih, sehat, basah dan berlendir itu 24 jam buat limpahan sperma dari penis saya yang bersih, besar, berat dan panjang (walaupun waktu itu saya masih belum terlalu dewasa) ini di dalamnya. Mungkin ini yang membedakan dia dengan remaja-remaja perempuan lainnya.



Artikel terkait:

Sunday 4 October 2015

Adik kelasku Bebby JKT48


Siang itu aku mengunjungi SMAku, salah satu SMA favorit di Jakarta. Sebagai murid yang lumayan aktif di SMA tersebut, aku masih sering ikut membina kegiatan ekstra kulikuler yang ada walaupun diluar jam sekolah ku, di antaranya melatih eskul musik dan Bulutangkis. Kesempatan ini juga aku pakai sebagai kesempatan untuk mengunjungi adik-adik kelasku yang cantik-cantik. Dan sebagai kakak kelas kadang kala membuat usahaku untuk mendekati mereka tidak terlalu sulit. Salah satu adik kelas yang dekat denganku adalah Beby.
Hari itu adalah hari Sabtu, di mana aku menyempatkan diri untuk bermain bulutangkis. Dan Beby, sedang mengikuti latihan cheers sore itu.

“Hai, kak… Mau main bulutangkis yah di atas? ” tanya Beby saat berpapasan denganku.
“ Hai, Beb. Iya nih lagi mau main ke atas. Kamu lagi latihan?“ tanyaku balik.
“Iya, kak. Tapi aku haus, mau beli minum dulu di depan.”
 “Oke, sampai jam berapa latihannya, Beb?”
“Jam 4 juga sudah selesai, Kak”
“Baiklah. Kalau sempat nanti main-main lah ke atas.”
“Beres deh…. kebetulan aku minta di jemput pak Min agak lama kak. Biar kita bisa berduaan lebih lama….”

Seeerrr mendengar kalimat Beby membuat pikiran ku sekilas membayangkan apa yang akan terjadi nanti.
Sekitar jam 4, pintu aula atas terbuka dan muncullah Beby dengan mengenakan kaus gombrong dan celana hotpans yang membuat cetakan lembah di antara kedua pahanya terlihat samar2.

“Lho, kak… Mana yang lain? Kok kakak sendirian?” tanya Beby mellihatku sedang bermain bayangan dengan tembok.
“Iya, yang lain baru aja pulang.” Sahutku sambil menghampiri Beby dan mengecup bibirnya.
“Ahhhhh, kak….jangan begitu nanti kalo ada yang masuk bisa repot.” Desah Beby saat kukecup bibirnya.
“Hehehehe…. nga ada yang bakalan ke sini Beb.”
“Kamu mau menemani kakak bermain? ”
“Boleh, Kak…”
Lalu setelah 15 menit kami bermain terlihat Beby memberikan tanda untuk menghentikan permainan.
 “Kak, udah dulu ya… Aku capek.” Lalu kamipun duduk-duduk di pinggir lapangan. Dan Beby tiduran di atas pahaku.
“Capek, Beb?”
“Iya, kak. Tadi soalnya lumayan latihannya. Dan tadi waktu aku jadi base sempat terjatuh.”
“Nih, lihat memar kan lutut ku?” kata Beby sambil menunjukkan lututnya yang memang seperti lebam.
“Duh, kamu, hati-hati donk Beb. Tuh liat sampai lebam gitu lutut kamu.”
“Sakit? ” tanyaku sambil memegang dan mengelus-ngelus lututnya.
“Ngga ka, geli iya” jawabnya sambil tertawa kecil. Melihat Beby tertawa membuatku gemas dan langsung saja kucium bibir mungilnya.
“Kak… Kak aku takut ada yang datang”
“Tenang” kubangunkan Beby sebentar dan “cklek” suara pintu aula kukunci dan kemudian kumatikan lampu aula tersebut.
“Sini, beb mana tadi yang lebam? Aku liat lagi”
Tak lama segera kurangkul Beby dan kukecup lembut bibirnya.
“Makanya lain kali hati-hati yah kamu”
“Iya kak…”
Lalu kamipun kembali bercumbu kembali. Semakin lama cumbuan kami semakin panas dan membara. Dengan adrenalin yang keluar sehabis kami berolahrga membuat suasana di dalam aula menjadi panas.
Kuberanikan diri untuk mencumbu Beby lebih jauh lagi. Ciumanku turun menyusuri leher jenjang Beby.
“Oh… kak…” Beby membalas cumbuanku dengan desahan dan tangan yang semakin erat dileherku.
Melihat sambutan yang mendukung, tanganku mulai berani bergerilya. Tangan kiriku tetap menopang badannya, sedangkan tangan kanan mulai menuruni dadanya. Terasa sangat kenyal sekali payudara Beby di tanganku yang merabanya dari luar kaosnya….
“Ouuughh, kak…”
Segera kukulum lagi bibirnya untuk menghentikan desahannya. Dan tanganku meremas pantadnya yang begitu kenyal.
Segera kutarik Beby ke dalam Ruang ganti. Hasratku untuk berbuat lebih jauh semakin tak tertahan. Segera kurebahkan Beby ke atas meja yang ada di ruang ganti tersebut.
Kembali kami berciuman dengan liarnya. Tanganku tak tinggal diam. Kusingkapkan dan kulepas kaos yang dikenakan oleh Beby. Kuremas remas dengan lembut kedua bukitnya dibalik Bra model sport yang dikenakannya.
“Oh… Kak…” Beby pun semakin liar dengan remasan2 lembut yang kuberikan. Tangannya tak tinggal diam melepaskan kaos yang kukenakan yang semakin basah oleh keringat nafsu.
Kutanggalkan Bra yang melekat, dan kududukan Beby di meja. Ciumanku bergerilya menuruni lehernya yang jenjang dan turun menuju kedua bukit kembar yang begitu menggoda.
Kuelus lembut dan kemudian kujatuhkan ciumanku di bukit sebelah kirinya. Kekecup dan kemudian kusedot kecil…
“Awww, kak… Oughhh” pekik Beby sebagai reaksi atas aksi yang kuberikan kepadanya. Melihat reaksi demikian membuatku mengekplorasi lebih lanjut. Kuremass-remas dada Beby sebalah kanan. Dan pentil yang kecil kupilin-pilin lembut.
Bebypun semakin liar dan lenguhan2nya membuat adrenalinku semakin kencang mengalir. Membuatku gemas. Kutarik lembut pentil membuat Beby berpekik
 ”Awww, kak…sakit…”
Tak kuhiraukan pekikan Beby. Tanganku segera menarik lepas celana hotpans yang melekat. Di bagian tengan celana dalam Beby yang bermodel mini tercetak sebuah pulau kecil. Mungkin akibat cairan yang keluar, tanda ia sudah terangsang sekali.
Kuelus2 bagian tengan celana dalamnya membuat Beby semakin menjerit ”Ouchhh, kak…Ochhh…”
Kuselipkan jariku kedalam celana dalamnya, dan kumainkan jari-jariku di atas klitnya ”Ochh kak, terusss kak… geli…”
Merasa terganggu dengan celana dalamnya, segera kulepas dan kubuang ke lantai.
Setelah celana itu terlepas, kubuka celana pendek dan celana dalamku, segera aku berlutut mengamati dan mengelus-ngelus kemaluannya dengan lembut. Semakin cepet elusan yang kuberikan membuatnya semakin melenguh dengan keras ”Ochh, kak… Ouchhhh..”
Kukecup vagina itu… Hmmmm wangi khas vagina yang saat itu aneh bagiku namun memberikan sensasi lain. Kuberanikan lidahku untuk bermain di vagina Beby…Kusapu permukaannya atas dan bawah….
“Kakkk… ouchh… terrus kak….”
“Kak.. ah….. ”
Seiring desahan yang keluar, vagiananya mengeluarkan cairan. Kujilat dan kuhisap seakan tidak ingin membiarkan cairan itu keluar begitu saja.
Akibat dari hisapanku Beby berteriak ”Ah….Ah…Ah…Kakkkk!! Beby mau pipis Kakkk….. Ahhhh” Melihat ini segera kumasukan jariku dan kukocok didalamnya semakin lama semakin cepat disertai dengan jilatan2 lidahku. Akhirnya “Arrrgggggghhhhh Kakkkkkkkk…” Tubuh Beby mengejang hebat.
Kubiarkan Beby menikmati Orgasmenya. Orgasme yang mungkin pertama baginya. Saat membuka matanya Beby berkata ” Kak, oh…..nikmat sekali..” Kukecup bibirnya dan kemudian kubisikkan ” Beby, I Love U So Much”
“Love u too” Kembali kami berpagutan dengan mesra. Kubimbing tangan Beby untuk menyentuh kemaluanku yang berdiri tegak. Ku berikan contoh untuk mengocok kemaluanku. Kocokan tangan Beby yang mungil dan lembut membuatku berdesis “Oh… ya Beby… Oh… Enak beb..” kumainkan kembali kemaluan Beby yang masih basah, kupilin-pilin klitnya ”Ouhhhh kak… Gatel lagi kak…”

Segera kuposisikan diriku diantara kedua kakinya dengan isyarat kumohon izin darinya. Tak ada kata terucap, hanya anggukan kecil. Kuposisikan kemaluanku tepat di depan kemaluannya, kugosok-gosok kecil dan berputar memainkan klitnya, membuat Beby tak tahan dan merebahkan badannya di meja sambil meremas-remas bukitnya.

Setelah kurasa pas dan kemaluannya kembali basah oleh lendir kenikmatannya. Kutekan kepala kemaluanku menyeruak membuka jalan di dalam kemaluan Beby ”Ah…kak… Sakittt!!!” pekik Beby saat kepala kemaluanku berhasil menerobos masuk. Kebelai rambutnya dan kupagut bibirnya yang bertujuan untuk menenangkannya. Setelah kurasa kemaluannya mulai beradaptasi dengan adanya benda asing didalamnya kutekan dan kukeluarkan masukan kemaluanku pelan-pelan sampai akhirnya “Crreeeetttzzz…” kemaluanku seperti menyobek sesuatu dan “Blessss!!!” masuklah seluruh kemaluanku di dalam vagina Beby. “Kakkkkkk……Awwww!!!” Jeritan Beby dan kulihat tetes air mata di ujung matanya.

Oh….vagina yang sempit dan peret mencengkeram kemaluan begitu erat. Kuremas-remas payudara Beby dan kucumbu bibirnya untuk menenangkannya. Setelah kulihat Beby lebih tenang, kuayun perlahan-lahan kemaluanku kembali.

Bebypun mulai menikmati ayunanku, kucoba dengan ayunan 9 kecil 1 dalam. Satu… Dua… Tiga… Empat… Lima… Enam… Tujuh… Delapan… Sembilan… Seeeeepppppuluh…… Saat hitungan kesepuluh kubenamkan semua kemaluanku menyeruak ke dalam vaginanya.
”Ohhhhhh…kakkkkk…”

Kuulangi lagi…Satu… Dua… Tiga… Empat.. Lima… Enam… Tujuh… Delapan… Seeeemmmmbiilllaannn… Seepppppulluhhhhh… kuulangi dengan tekanan pada ayunan kesembilan dan kesepuluh ”Ohhh…kakk…… Enakkkk…kakak… Terus Kakk…!!!” Desahnya.

Kuulangi lagi dengan kombinasi sama…dan pada ayunan yang keempat Beby berteriak “Kakkkkk ayo Kakkk Beby Mau keluar lagiiii” Ayunan ke enam saat baru saja kubenamkan kemaluanku dihitungan keempat, Beby menjerit ” Ahhhhhh……ahhhhh……… Kakkkkk……”dan tubuh Beby kejang-kejang dan digigitnya tanganku “Ahhhhh…” Kubiarkan kemaluanku masih berada di dalam kemaluannya….

Saat Beby mulai menguasai diri, kuminta ia untuk membelakangiku dengan posisi nungging dan bertumpu di meja. Melihat posenya membuatku gemas, kukecup vaginanya dan kuberikan tepukan ringan pada bongkahan pantatnya. Segera kemudian kutancapakan kembali kemaluanku ke dalam vaginanya. Posisi ini membuat kemaluanku semakin dalam masuk ke dalam vaginanya.



“OHHHH Kakkkk…..” tusukan pertama dengan posisie doggy membuat Beby melenguh. Kuayun dan kupompa kemaluannya.

“Cleppp….Cleppp….Clepppp” Suara kemaluan kami beradu diiringi dengan suara beceknya vagina Beby oleh cairan yang keluar dari kemaluan Beby.

Kupompa dan semakin lama kutingkatkan kecepatan kocokan pada kemaluannya membuat Beby tak tahan
“Kakkkk Ouuchhh….Ouch…”
“Ouch….Kakkk aku Mau Keluar lagii…”
“OOuuuchhh… Ahhh… Iya Beb… Aku juga sebentar lagi keluar, kita bareng yahh…” Kukecup bibirnya dari belakang sambil kuremas bukit kembarnya.
Kembali kugenjot Beby dengan cepat.

“ochhh….oh….Kak…..”
“Ayo Beb…Ohhh…Ohh…”
“Oh… Kak… I Luv U kakk”
“I love u tooo Beby”
“Crrrrooooottttsss… Croooots… Crooootsss… Crotsss…Croootsss” semburan spermaku didalam rahimnya mengiringi orgasmeku.
“Ochhh.. Oh… Kaaaaakkkkkkkk... Kaakkk” jerit Beby menjemput orgasmenya kembali.
Setelah kami mencapai orgasme kami bersama, kurebahkan badanku di atas Beby sambil memejamkan mata menikmati orgasme bersama yang baru kami reguk. Kubiarkan kemaluanku tetap berada didalam kemaluannya yang serasa menjepit dan mengurut-urut.

“Plooopp…” Suara kemaluanku yang mengecil dan keluar dari sangkar emas Beby, kubuka mata dan ku kecup keningnya sambil mengucapkan ”Terima Kasih ya Beb”

Beby hanya tersenyum. Segera kami memakai kaus kami kembali dan di lantai lulihat ceceran sperma bercampur dengan darah perawannya.

“Kak jangan tinggalin Beby, Beby takut kehilangan kakak”

Demikian kata-kata terakhir yang kuingat membayangkan kejadian waktu itu. Lulus SMA Beby melanjutkan pendidikannya di negri sebrang dan aku sibuk dengan pekerjaanku. Membuat kami memutuskan untuk mengambil jalan sendiri-sendiri.


Artikel lainnya

Saturday 26 September 2015

Kenikmatan tubuh tetanggaku AYANA JKT48

atu saat aku melihat Ayana tetanggaku yang masih duduk di kelas 3 SMP yang kira-kira berumur 15 tahun dan aku sangat terpesona dengan kemolekan tubuh anak tersebut.
Ayana memiliki tubuh yang indah untuk ukuran anak seumur dia dengan tinggi badan sekitar 155 cm dan berat badan sekitar 45kg serta memiliki dua bukit kembar yang berukuran sedang yang tercermin dari tonjolan padat dibalik seragam sekolah yang ketat dan tank top yang biasa dikenakannya dan yang tidak kalah menariknya lagi ia memiliki pantat yang sangat padat dan berisi yang terlihat dari rok sekolah setinggi lutut dan rok mini yang ia kenakan dan anehnya lagi aku tidak pernah melihat adanya garis CD yang ia kenakan, dan yang pasti kemaluannya belum ditumbuhi bulu-bulu halus.
Aku sering melihat Ayana ke sekolah setiap hari dengan sengaja berdiri didepan rumah sebelum aku berangkat sekolah atau pada sore hari sepulang sekolah di saat ia sedang jalan-jalan sore di sekitar kompleks dan pada saat itu aku selalu memandangi Ayana dengan sangat tajam dan penuh nafsu namun ia tak menyadarinnya dan sampai suatu hari Ayana mulai menyadarinya dan mulai membalas tatapan aku dengan mata yang sangat menggoda.
Sejak kejadian itu aku selalu terbayang-bayang dengan kemolekan Ayana setiap usai besekolah namun bukannya aku jatuh cinta padanya tapi aku suka akan kemolekan tubuhnya dan sangat bernafsu untuk mencicipinnya, tetapi nafsu birahi tersebut aku tahan dan aku lampiaskan dengan hanya memandangi tubuhnya dari balik pagar pada sore hari disaat ia sedang berjalan-jalan dikompleks. Ayana selalu menggunakan tank top dan rok mini setiap akan berjalan-jalan disekitar kompleks bersama kakak dan sepupunya dan ini dia lakukan setiap sore.
Seperti biasanya pada sore hari setiap pulang sekolah aku selalu menunggu Ayana untuk memandangi tubuhnya, tetapi pada saat itu aku heran karena Ayana hanya sendiri saja berjalan dengan sangat santai dan seperti biasa pula ia hanya memakai tank top yang pada saat itu berwarna kuning dan rok mini berwarna putih tembus pandang dan yang tidak terlalu ketat. Dengan sangat bernafsu aku tatap dia di balik pagar dan dia pun membalasnya dan tanpa aku sangka-sangka Ayana menuju ke pintu pagar rumah aku, dan dalam hati aku bertanya mungkin dia akan marah karena aku selalu menatapnya, tetapi hal tersebut tidak terjadi, dia malah tersenyum manis sambil duduk dideker didepan pagar rumah aku yang membuat nafsu aku semakin tinggi karena dengan leluasa aku dapat memandangi tubuh Ayana dan yang lebih mengasikan lagi ia duduk dengan menyilangkan pahannya yang membuat sebagian roknya tersingkap disaat angin meniup dengan lembutnya namun ia diam dan membiarkan saja. Dengan penuh nafsu dan penasaran ingin melihat tubuh Ayana dari dekat maka aku dekati dia dan bertannya
 “Duduk sendirian nih boleh aku temanin,” dengan terkejut Ayana mambalikan wajahnya dan berkata
 “eh… boooboleh.” Aku langsung duduk tepat di sampingnya dikarenakan deker tersebut hanya pas untuk dua orang. Dan untuk mengurangi kebisuan aku bertannya pada Ayana
“Biasanya bertiga, temennya mana… ?”, dengan terbata-bata Ayana berkata
 “Gi… gini kak, mereka i… itu bukan temen aku tetapi kakak dan sepupu aku.” aku langsung malu sekali dan kerkata
“Sorry.” kemudia Ayana menjelaskan bahwa kakak dan sepupunnya lagi ke salah satu mal namannya MM.
Ayana mulai terlihat santai tetapi aku semakin tegang jantungku semakin berdetak dengan kerasnya dikarenakan dengan dekatnya aku dapat memandangi paha mulus Ayana ditambah lagi dua bukit kembarnya tersembul dari balik tank topnya apabila dia salah posisi. Diam-diam aku mencuri pandang untuk melihatnya namun dia mulai menyadarinya tetapi malah kedua bukit kembarnya tersebut tambah diperlihatkannya keaku yang membuat aku semakin salah tingkah dan tampa sengaja aku menyentuh pahanya yang putih tanpa ditutupi oleh rok mininya karena tertiup angin yang membuat Ayana terkejut dan Ayanapun tidak marah sama sekali, aku semakin penasaran dan aku dekapkan tangan aku ke pahanya dan dia pun tidak marah pula dan kebetulan pada saat itu langitpun semakin gelap sehingga aku gunakan dengan baik dengan perlahan-lahan tangan kiri aku yang berada di atas pahanya aku pindahkan ke pinggannya dan meraba-raba perutnya sambil hidungku aku dekatkan ketelingannya yang membuat Ayana kegelian karena semburan nafasku yang sangat bernafsu dan mata ku tak berkedip melihat kedua bukit kembarnya yang berukuran sedang dibalik tank topnya. Tanpa aku sadari tangan kiri aku telah menyusup kedalam tank top yang ia gunakan menuju kepunggunya dan disana aku menemukan sebuah kain yang sangat ketat yang merupakan tali BH nya dan dengan sigapnya tangan aku membuka ikatan BH yang dikenakan Ayana yang membuat tangan aku semakin leluasa ber gerilya dipunggunya dan perlahan-lahan menyusup kebukit kembarnya serta tangan kanan aku membuka ikatan tali BH Ayana yang berada di lehernya dan dengan leluasa aku menarik BH Ayana tersebut keluar dari tank topnya karena pada saat itu Ayana mengggunakan BH yang biasa digunakan bule pada saat berjemur. Setelah aku membuka BHnya kini dengan leluasa tangan aku meraba, memijit dan memelintir bukit kembarnya yang membuat Ayana kegelian dan terlihat pentil bukit kembarnya telah membesar dan berwarna merah dan tanpa ia sadari ia berkata
 “Terusss… nikmattttt… kak... mmm… ahh… ahhhh… ” Dan itu membuat aku semakin bernafsu, kemudian tangan aku pindahkan ke pinggannya kembali dan mulai memasukannnya ke dalam rok mini yang ia kenakan dengan terlebih dahulu menurunkan res yang berada dibelakang roknya, kemudian tangan aku masukan kedalam rok dan CDnya dan meremas-remas bokongnya yang padat dan berisi dan ternyata Ayana memakai CD model G string sehingga membuat aku berpikir anak SMP kayak dia kok sudah menggunakan G string tetapi itu membuat pikiranku selama ini terjawab bahwa Ayana selama ini menggunakan G string sehingga tidak terlihat adanya garis CD. Lima menit berlalu terdengar suara Ayana
“Ahh… terusss kak… terusss… nikmattttt… ahh… ahhhh… ”
 hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Ayana pada saat aku menyentuh dan memasukan jari tengan aku ke dalam kemaluannya yang belum ditumbuhi bulu-bulu tersebut dari belakang dan aku pun makin menggencagkan seranganku dengan mengocok kemaluannya dengan cepat. Tiba-tiba pecahlah rintihan nafsu keluar dari mulut Ayana.
“Ouuhhh… kak... mmm… terus… ahhh… ahhhhhhhhh… ahhhhhhhhhhhhhh… ”
 Ayana mengalami orgasme untuk yang pertama kali. Setelah Ayana mengalami orgasme aku langsung tersentak mendengar suara beduk magrib dan aku menghentikan seranganku dan membisikan kata-kata ketelinga Ayana
“Udah dulu ya… ” dengan sangat kecewa Ayana membuka matanya dan terlihat adanya kekecewaan akibat birahinya telah sampai dikepala dan aku menyuruhnya pulang sambil berkata
 “Kapan-kapan kita lanjutkan lagi,”
 ia langsung menyahut
“Ya kak sekarang aja tanggung nih, lihat punyaku udah basah… ” sambil ia memegang kemaluannya yang membuat aku berpikir anak ini tinggi juga nafsunya dan aku memberinya pengertian dan kemudian ia pulang dengan penuh kekecewan tanpa merapikan tank top dan roknya yang resnya masih belum dinaikan namun tidak membuat rok mininya turun karena ukuran pingganya yang besar, tetapi ada yang lebih parah ia lupa mengambil BH nya yang aku lepas tadi sehingga terlihat bukit kembarnya bergoyang-goyang dan secara samar-samar terlihat putting gunung kembarnya yang telah membesar dan berwarna merah dari balik tank topnya yang pastinya akan membuat setiap orang yang berpapasan dengannya akan menatapnya dengan tajam penuh tanda tanya.
Setelah aku sampai di rumah aku langsug mencium BH Ayana yang ia lupa, yang membuat aku semakin terobsesi dengan bentuk gunung kembarnya dan dapat aku bayangkan dari bentuk BH tersebut. Sejak kejadian sore itu, lamunanku semakin berani dengan menghayalkan nikmatnya bersetubuh dengan Ayana namun kesempatan itu tak kunjung datang dan yang mengherankan lagi Ayana tidak pernah berjalan-jalan sore lagi dan hal tersebut telah berlangsung selama 1 minggu sejak kejadian itu, yang membuat aku bertanya apakah dia malu atau marah atas kejadian itu, sampai suatu hari tepatnya pada hari sabtu pagi dan pada saat itu aku libur sekolah, cuaca sangat gelap sekali dan akan turun hujan, aku semakin BT maka aku mulai melakukan nonton film porno, tapi aku sangat bosan dengan kaset tersebut. Hujanpun turun dengan derasnya dan untuk menghilangkan rasa malas dan bosan aku melangkah menuju keteras rumah aku untuk mengambil koran pagi, tapi setibanya didepan kaca jendela aku tersentak melihat seorang anak SMP sedang berteduh, ia sangat kedinginan dikarenakan bajunya basah semuannya yang membuat seluruh punggunya terlihat termasuk tali BH yang ia kenakan. Perlahan-lahan nafsuku mulai naik dan aku perhatikan anak tersebut yang kayaknya aku kenal dan ternyata benar anak tersebut adalah Ayana, dan aku berpikir mungkin dia kehujanan saat berangkat sekolah sehingga bajunya basah semua. Kemudian aku mengatur siasat dengan kembali ke ruang tengah dan aku melihat film porno masih On, maka aku pun punya ide dengan megulang dari awal film tersebut dan akupun kembali ke ruang tamu dan membuka pintu yang membuat Ayana terkejut. Pada saat Ayana terkejut kemudia aku bertannya pada dia
“Lo Ayana ngak kesekolah nih?”
dengan malu-malu Ayana menjawab
 “Ujan kak… ”
aku langsung bertannya lagi
 “Ngak apa-apa terlambat.”
“Ngak apa-apa kak karena hari ini ngak ada ulangan umum lagi.”
 Ayana menjawab dan aku langsung bertannya
 “Jadi ngak apa-apa ya ngak kesekolah?”.
 “Ia kak”, Ayana menjawab dan dalam hati aku langsung berpikir bahwa selama ini Ayana tidak pernah kelihatan karena ia belajar untuk ulangan umum, dan inilah kesempatan yang aku tunggu-tunggu dan aku langsung menawarinya untuk masuk kedalam dan tanpa malu-malu karena udah kedingin dia langsung masuk kedalam ruang tamu dan langsung duduk dan pada saat itu aku memperhatikan gunung kembarnya yang samar-samat tertutupi BH yang terlihat dari balik seragam sekolahnya yang telah basah sehingga terlihat agak transparan.
Melihat Ayana yang kedinginan, maka aku menawari dia untuk mengeringkan badannya di dalam dan dia pun setuju dan aku menunjukan sebuah kamar di ruang tengah dan aku memberi tahu dia bahwa di sana ada handuk dan baju seadannya. Dengan cepat Ayana menuju ke ruang tengah yang disana terdapat TV dan sedang aku putar film porno, hal tersebut membuat aku senang, karena Ayana telah masuk kedalam jebakanku dan berdasarkan perkiraan aku bahwa Ayana tidak akan mengganti baju tetapi akan berhenti untuk menonton film tersebut. Setelah beberapa lama aku menunggu ternyata Ayana tidak kembali juga dan akupun menuju keruang tengah dan seperti dugaanku Ayana menonton film tersebut dengan tangan kanan di dalam roknya sambil mengocok kemaluannya dan tangan kiri memegang bukit kembarnya. Aku memperhatikan dengan seksama seluruh tingkah lakunya dan perlahan-lahan aku mengambil handy cam dan merekam seluruh aktivitas memegang dan mengocok kemaluan dan bukit kembarnya yang ia lakukan sendiri dan rekaman ini akan aku gunakan untuk mengancamnya jika ia bertingkah. Setelah merasa puas aku merekamnya. Aku menyimpan alat tersebut kemudian aku dekati Ayana dari belakang. Aku berbisik ketelinga Ayana,
 “ enak ya ”,
 Ayana langsung kaget dan buru-buru melepaskan tangannya dari kemaluan dan bukit kembarnya, aku langsung menangkap tangannya dan berbisik lagi
 “Teruskan saja, aku bantuin kok.”
kemudian aku duduk dibelakang Ayana dan menyuruh Ayana untuk duduk di pangkuanku yang saat itu penisku telah menegang dan aku rasa Ayana menyadari adanya benda tumpul dari balik celana yang aku kenakan. Dengan perlahan-lahan, tanganku aku lingkarkan keatas bukit kembarnya dan ciumanku yang menggelora mencium leher putih Ayana, tangan kananku membuka kancing baju Ayana satu demi satu sampai terlihat bukit kembarnya yang masih ditutupi BH yang bentuknya sama pada saat kejadian yang sore lalu. Ayana sesekali menggelinjat pada saat aku menyentuh dan meremas bukit kembarnya namun hal tersebut belum cukup, maka aku buka sebagian kancing baju seragam yang basah yang digunakan Ayana kemudian tagan kiri aku masuk ke dalam rok Ayana dan memainkan bukit kecilnya yang telah basah dan pada saat itu rok yang ia gunakan aku naikan ke perutnya dengan paksa sehingga terlihat dengan jelas G string yang ia gunakan. Aku langsung merebahkan badannya diatas karpet sambil mencium bibir dan telinganya dengan penuh nafsu dan secara perlahan-lahan ciuman tersebut aku alihkan ke leher mulusnya dan menyusup ke kedua gunung kembarnya yang masih tertutup BH yang membuat Ayana makin terangsang dan tanpa dia sadari dari mulutnya mengeluarkan desahan yang sangat keras.
 “Ahhhhh terussssssss kakm… terusssssss… nikmattttttt… ahh… ahhhhhhhhhhh… isap terus kak… Ahhhh… mhhhhhhhh. kakk… ”
Setelah lama mengisap bukit kembarnya yang membuat pentil bukit kembarnya membesar dan berwarna merah muda, perlahan-lahan ciuman aku alihkan ke perutnya yang masih rata dan sangat mulus membuat Ayana tambah kenikmatan.
 “Ahh ugggh… uuhh… agh… uhh… aahh”,
 Mendengar desahan Ayana aku makin tambah bernafsu untuk mencium kemaluannya, namun kegiatanku di perut Ayana belum selesai dan aku hanya menggunakan tangan kiri aku untuk memainkan kemaluannya terutama klitorisnya yang kemudian dengan menggunakan ketiga jari tangan kiri aku, aku berusaha untuk memasukan kedalam kemaluan Ayana, namun ketiga jari aku tersebut tidak pas dengan ukuran kemaluannya sehingga aku mencoba menggunakan dua jari tetapi itupun sia-sia yang membuat aku berpikir sempit juga kemaluan anak ini, tetapi setelah aku menggunakan satu jari barulah dapat masuk kedalam kemaluannya, itupun dengan susah payah karena sempitnya kemaluan Ayana. Dengan perlahan-lahan kumaju mundurkan jari ku tersebut yang membuat Ayana mendesah.
“Auuuuuggggkkkk… ” jerit Ayana. “Ah… tekan kakk… enaaaakkkkk… terusssss kakmm… ”
 Sampai beberapa menit kemudia Ayana mendesah dengan panjang.
“Ahh ugggh… , uuhh… , agh… , uhh… , aahh”, yang membuat Ayana terkulai lemah dan aku rasa ada cairan kental yang menyempor ke jari aku dan aku menyadari bahwa Ayana baru saja merasakan Orgasme yang sangat nikmat. Aku tarik tangan aku dari kemaluannya dan aku meletakan tangan aku tersebut dihidungnya agar Ayana dapat mencium bau cairan cintannya. etelah beberapa saat aku melihat Ayana mulai merasa segar kembali dan kemudian aku menyuruh dia untuk mengikuti gerakan seperti yang ada di film porno yang aku putar yaitu menari striptis, namun Ayana tampak malu tetapi dia kemudian bersedia dan mulai menari layaknya penari striptis sungguhan. Perlahan-lahan Ayana menanggalkan baju yang ia kenakan dan tersisa hanyalah BH seksinya, kemudian disusul rok sekolahnya yang melingkar diperutnya sehingga hanya terlihat G string yang ia kenakan dan aku menyuruhnya menuju ke sofa dan meminta dia untuk melakukan posisi doggy, Ayana pun menurutinya dan dia pun bertumpuh dengan kedua lutut dan telapak tangannya. Dengan melihat Ayana pada posisi demikian aku langsug menarik G string yang ia kenakan ke arah perutnya yang membuat belahan kemaluannya yang telah basah terbentuk dari balik G string nya, dan akupun mengisap kemaluannya dari balik G string nya dan perlahan-lahan aku turunkan G string nya dengan cepat sehingga G string yang Ayana kenakan berada di ke dua paha mulusnya, sehingga dengan leluasa dan penuh semangat aku menjilat, meniup, memelintir klitorisnya dengan mulut aku.
“Aduh, kakmm… ! Pelan-pelan dong… !”
katanya sambil mendesis kesakitan Ayana menjatuhkan tubuhnya kesofa dan hanya bertumpuh dengan menggunakan kedua lututnya. Aku terus menjilati bibir kemaluannya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan untuk membuka lubang sanggamanya dan kujilati dinding kemaluannya dengan cepat yang buat Ayana mendesah dengan panjang.
“Uhh… , aahh… , ugghh… , ooohh”. “Hmm… , aumm… , aah… , uhh… , ooohh… , ehh”. “Oookak… , uuhh… ”
 Ayana menggeliat-geliat liar sambil memegangi pinggir sofa.
 “Ahhh… mhhh… kakm… ”
demikian desahannya. Aku terus beroperasi dikemaluannya. Lidahku semakin intensif menjilati liang kemaluan Ayana. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke dalam kemaluannya, membuat Ayana tersentak dan berteriak kecil kecil. Kugesek-gesekkan sekali lagi jariku dengan kemaluannya sambil memasukkan lidahku ke dalam lubangnya. Kugerakkan lidahku di dalam sana dengan liar, sehingga Ayana semakin tidak karuan menggeliat.
Setelah cukup puas memainkan vaginanya dengan lidahku dan aku dapat merasakan vaginanya yang teramat basah oleh lendirnya aku pun membuka BH yang dikenakan Ayana begitupun dengan G string yang masih melingkar dipahanya dan aku menyuruh di untuk duduk disofa sambil menyuruh dia membuka celana yang aku gunakan, tetapi Ayana masih malu untuk melakukannya, sehingga aku mengambil keputusan yaitu dengan menuntun tanggannya masuk ke balik celana aku dan menyuruh dia memegang penis aku yang telah menegang dari tadi. Setelah memegang penis aku, dengan sigapnya seluruh celana aku (termasuk celana dalam aku) di turunkannya tanpa malu-malu lagi oleh Ayana yang membuat penisku tersembul keluar yang membuat mata Ayana melotot memandang sambil memegangnya, dan aku meminta Ayana mengisap penis aku dan dengan malu-malu pula ia mengisap dan mengulum penisku, namun penisku hanya dapat masuk sedalam 8 cm dimulut Ayana dan akupun memaksakan untuk masuk lebih dalam lagi sampai menyentuh tenggorokannya dan itu membuat Ayana hampir muntah, kemudian ia mulai menjilatinya dengan pelan-pelan lalu mengulum-ngulumnya sambil mengocok-ngocoknya, dihisap-hisapnya sembari matanya menatap ke wajahku, aku sampai merem melek merasakan kenikmatan yang tiada tara itu. Cepat-cepat tangan kananku meremas bukit kembarnya, kuremas-remas sambil ia terus mengisap-isap penisku yang telah menegang semakin menegang lagi. Kemudian aku menyuruh Ayana mengurut penisku dengan menggunakan bukit kembarnya yang masih berukuran sedang tu yang membuat bukit kembar Ayana semakin kencang dan membesar. Dan menunjukan warna yang semakin merah.
Setelah puas, aku rebahkan tubuh Ayana disofa dan aku mengambil bantal sofa dan meletakan dibawan bokong Ayana (gaya konvensional) dan aku buka kedua selangkangan Ayana yang membuat kemaluannya yang telah membesar dan belum ditumbuhi bulu-bulu halus itu merekah sehingga terlihat klitorisnya yang telah membesar. Batang penisku yang telah tegang dan keras, siap menyodok lubang sanggamanya. Mulai pelan-pelan aku memasukkan penisku ke liang surganya yang mulai basah, namun sangat sulit sekali, beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati aku angkat kedua kaki Ayana yang panjang itu kebahu aku, dan barulah aku bisa memasukan kepala penisnku, dan hanya ujung penisku saja yang dapat masuk pada bagian permukaan kemaluan Ayana.
 “Aduhhhhhh kak… aughhhhghhhhh… ghhh… sakit kak… ” jerit Ayana dan terlihat Ayana menggigit bibir bawahnya dan matanya terlihat berkaca-kaca karena kesakitan. Aku lalu menarik penisku kembali dan dengan hati2 aku dorong untuk mencoba memasukannya kembali namun itupun sia-sia karena masih rapatnya kemaluan Ayana walaupun telah basah oleh lendirnya. Dan setelah beberapa kali aku coba akhirnya sekali hentak maka sebagian penis aku masuk juga. Sesaat kemudian aku benar-benar telah menembus “gawang” keperawanan Ayana sambil teriring suara jeritan kecil.
“Oooooohhhhgfg… sa… kiiiit… Sekkkallliii… kakmmmm… “, dan aku maju mundurkan penis aku kedalam kemaluan Ayana
 “Bless, jeb… !” jeb! jeb! “Uuh… , uh… , uh… , uuuh… “,
 ia mengerang.
“Auuuuuggggkkkk… ”
 jerit Ayana.
 “kakmm Ahh… , matt… , maatt… , .ii… aku… ” Mendengar erangan tersebut aku lalu berhenti dan membiarkan kemaluan Ayana terbiasa dengan benda asing yang baru saja masuk dan aku merasa penis aku di urut dan di isap oleh kemaluan Ayana,namun aku tetap diam saja sambil mengisap bibir mungilnya dan membisikan
“Tenang sayang nanti juga hilang sakitnya, dan kamu akan terbiasa dan merasa enakan.”
Sebelum Ayana sadar dengan apa yang terjadi, aku menyodokkan kembali penisku ke dalam kemaluan Ayana dengan cepat namun karena masih sempit dan dangkalnya nya kemaluan Ayana maka penisku hanya dapat masuk beberapa cm saja, sehingga dia berteriak kesakitan ketiga aku paksa lebih dalam lagi.
 “Uhh… , aahh… , ugghh… , ooohh”. “Hmm… , aumm… , aah… , uhh… , ooohh… , ehh”. “Ookakmm… ,sakkkitt… uuhh… , kakmm… ,sakitttt… ahh”.
“Sakit sekali… kakmm… , auhh… , ohh… ”
 “Ayana tahan ya”. Untuk menambah daya nikmat aku meminta Ayana menurunkan kedua kakinya ke atas pinggulku sehingga jepitan kemaluannya terhadap penisku semakin kuat… Nyaman dan hangat sekali kemaluannya… ! Kukocok keluar masuk penisku tanpa ampun, sehingga setiap tarikan masuk dan tarikan keluar penisku membuat Ayana merasakan sakit pada kemaluannya. Rintihan kesakitannya semakin menambah nafsuku. Setiap kali penisku bergesek dengan kehangatan alat sanggamanya membuatku merasa nikmat tidak terkatakan. Kemudian aku meraih kedua gunung kembar yang berguncang-guncang di dadanya dan meremas-remas daging kenyal padat tersebut dengan kuat dan kencang, sehingga Ayana menjerit setinggi langit. Akupun langsung melumat bibir Ayana membuat tubuh Ayana semakin menegang.
 “Oookak… , ooohh… , aahh… , ugghh… , aku… , au… , mau… , ah… , ahh… , ah… , ah… , uh… , uhh”,
 tubuh Ayana menggelinjang hebat, seluruh anggota badannya bergetar dan mengencang, mulutnya mengerang, pinggulnya naik turun dengan cepat dan tangannya menjambak rambutku dan mencakar tanganku, namun tidak kuperdulikan. Untunglah dia tidak memiliki kuku yang panjang… Kemudian Ayana memeluk tubuhku dengan erat. Ayana telah mengalami orgasme untuk yang kesekian kalinya.
 “Aaww… , ooww… , sshh… , aahh”,
desahnya lagi.
 “Aawwuuww… , aahh… , sshh… , terus kakmm, terruuss… , oohh” “Oohh… , ooww… , ooww… , uuhh… , aahh… “,
 rintihnya lemas menahan nikmat ketiga hampir seluruh penisku masuk kedalam kemaluannya dan menyentuh rahimmnya.
 “Ahh… , ahh… , Oohh… ” dan, “Crrtt… , crtr… , crt… , crtt”,
 air maninya keluar.
 “Uuhh… uuh… aduh… aduh… aduhh… uhh… terus… terus… cepat… cepat aduhhh… !”
Sementara nafas saya seolah memburunya,
“Ehh… ehhh… ehh… ”
“Uhhh… uhhh… aduh… aduh… cepat… cepat kakmm… aduh… !” “Hehh… eh… eh… ehhh… ” “Aachh… aku mau keluar… oohh… yes,” dan… “Creeet… creeet… creeet… ” “Aaaoooww… sakit… ooohhh… yeeaah… terus… aaahhh… masukkin yang dalam kakmm ooohhh… aku mau keluar… terus… aahhh… enak benar, aku… nggak tahaaan… aaakkhhh…”
Setelah Ayana orgasme aku semakin bernafsu memompa penisku kedalam kemaluannya, aku tidak menyadari lagi bahwa cewek yang aku nikmati ini masih ABG berumur 15 tahun. Ayana pun semakin lemas dan hanya pasrah kemaluannya aku sodok. Sementara itu … aku dengarkan lirih … suara Ayana menahan sakit karena tekanan penisku kedalam liang kemaluannya yang semakin dalam menembus rahimnya. Aku pun semakin cepat untuk mengayunkan pinggulku maju mundur demi tercapainya kepuasan. Kira-kira 10 menit aku melakukan gerakan itu. Tiba-tiba aku merasakan denyutan yang semakin keras untuk menarik penisku lebih dalam lagi, dan…
 “Terus… , kakm… , terus… kan… ! Ayo… , teruskan… sedikit lagi… , ayo… !”
 kudengar pintanya dengan suara yang kecil sambil mengikuti gerakan pinggulku yang semakin menjadi. Dan tidak lama kemudian badan kami berdua menegang sesaat, lalu… ,
 “Seerr… !”
 terasa spermaku mencair dan keluar memenuhi kemaluan Ayana , kami pun lemas dengan keringat yang semakin membasah di badan.
Aku langsung memeluk Ayana dan membisikan
 “Kamu hebat ay, kamu puas?”
diapun tersenyum puas, kemudian aku menarik penisku dari kemaluannya sehingga sebagian cairan sperma yang aku tumpahkan di dalam kemaluannya keluar bersama darah keperawanannya, yang membuat nafsuku naik kembali, dan akupun memkakpa kemaluan Ayana kembali dan ini aku lakukan sampai sore hari dan kemaluan Ayana mulai terbiasa dan telah dapat mengimbagi seluruh gerakanku dan akupun mengajarinya beberapa gaya dalam bercinta. Sambil menanyakan beberapa hal kepadanya
“Kok anak SMP kaya kamu udah mengenakan G string dan BH seksi”
Ayana pun menjelaskannya bahwa ia diajar oleh kakak dan sepupunya bahkan katanya ia memiliki daster tembus pandang (transparan). Mendengar cerita Ayana aku langsung berfikir adiknya saja udah hebat gimana kakak dan sepupunya, pasti hebat juga. Kapan-kapan aku akan menikmatinya juga. telah kejadian itu saya dan Ayana sering melakukan seks di rumah saya dan di rumahnya ketika ortu dan kakanya pergi, yang biasanya kami lakukan di ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, meja sekolah, meja makan, dapur, halaman belakang rumah dengan berbagai macam gaya dan sampai sekarang, apabila saya udah horny tinggal telepon sama dia dan begitupun dengan dia. Ayana sekarang telah berumur 17 tahun dan masih suka dateng mengunjungi rumah saya. Yang membuat aku berpikir bahwa anak ini maniak sex, mungkin karena ia keturunan arab yang terkenal libidonya tinggi dan itu membuat aku senang karena telah ada ABG yang memuaskan aku, dan aku akan menggunakan dia untuk dapat mendekati kakak dan sepupunya.

Download video AYANA JKT48 lagi nonton video bokep sambil ngocok memek

Saturday 29 August 2015

Diajarin sex sama tetanggaku

saya menceritakan bagaimana saya diperkenalkan kepada kenikmatan senggama pada waktu saya masih berumur 13 tahun oleh Ayu, seorang wanita tetangga kami yang telah berumur jauh lebih tua. Saya dibesarkan didalam keluarga yang sangat taat dalam agama. Saya sebelumnya belum pernah terekspos terhadap hubungan laki-laki dan perempuan. Pengetahuan saya mengenai hal-hal persetubuhan hanyalah sebatas apa yang saya baca didalam cerita-cerita porno ketikan yang beredar di sekolah ketika saya duduk di bangku SMP.

Pada masa itu belum banyak kesempatan bagi anak lelaki seperti saya walaupun melihat tubuh wanita bugil sekalipun. Anak-anak lelaki masa ini mungkin susah membayangkan bahwa anak seperti saya cukup melihat gambar-gambar di buku mode-blad punya kakak saya seperti Lana Lobell, dimana terdapat gambar-gambar bintang film seperti Ginger Roberts, Jayne Mansfield, yang memperagakan pakaian dalam, ini saja sudah cukup membuat kita terangsang dan melakukan masturbasi beberapa kali.



Bisalah dibayangkan bagaimana menggebu-gebunya gairah dan nafsu saya ketika diberi kesempatan untuk secara nyata bukan saja hanya bisa melihat tubuh bugil wanita seperti Ayu, tetapi bisa mengalami kenikmatan bersanggama dengan wanita sungguhan, tanpa memperdulikan apakah wanita itu jauh lebih tua. Dengan hanya memandang tubuh Ayu yang begitu mulus dan putih saja sucah cukup sebetulnya untuk menjadi bahan imajinasi saya untuk bermasturbasi, apalagi dengan secara nyata-nyata bisa merasakan hangatnya dan mulusnya tubuhnya. Apalagi betul-betul melihat kemaluannya yang mulus tanpa jembut. Bisa mencium dan mengendus bau kemaluannya yang begitu menggairahkan yang kadang-kadang masih berbau sedikit amis kencing perempuan dan yang paling hebat lagi buat saya adalah bisanya saya menjilat dan mengemut kemaluannya dan kelentitnya yang seharusnyalah masih merupakan buah larangan yang penuh rahasia buat saya.
Mungkin pengalaman dini inilah yang membuat saya menjadi sangat menikmati apa yang disebut cunnilingus, atau mempermainkan kemaluan wanita dengan mulut. Sampai sekarangpun saya sangat menikmati mempermainkan kemaluan wanita, mulai dari memandang, lalu mencium aroma khasnya, lalu mempermainkan dan menggigit bibir luarnya (labia majora), lalu melumati bagian dalamnya dengan lidah saya, lalu mengemut clitorisnya sampai si wanita minta-minta ampun kewalahan. Yang terakhir barulah saya memasukkan batang kemaluan saya kedalam liang sanggamanya yang sudah banjir.

Setelah kesempatan saya dan Ayu untuk bermain cinta (saya tidak tahu apakah itu bisa disebut bermain cinta) yang pertama kali itu, maka kami menjadi semakin berani dan Ayu dengan bebasnya akan datang kerumah saya hampir setiap hari, paling sedikit 3 kali seminggu. Apabila dia datang, dia akan langsung masuk kedalam kamar tidur saya, dan tidak lama kemudian sayapun segera menyusul.

Biasanya dia selalu mengenakan daster yang longgar yang bisa ditanggalkan dengan sangat gampang, hanya tarik saja keatas melalui kepalanya, dan biasanya dia duduk dipinggiran tempat tidur saya. Saya biasanya langsung menerkam payudaranya yang sudah agak kendor tetapi sangat bersih dan mulus. Pentilnya dilingkari bundaran yang kemerah-merahan dan pentilnya sendiri agak besar menurut penilaian saya. Ayu sangat suka apabila saya mengemut pentil susunya yang menjadi tegang dan memerah, dan bisa dipastikan bahwa kemaluannya segera menjadi becek apabila saya sudah mulai ngenyot-ngenyot pentilnya.

Mungkin saking tegangnya saya didalam melakukan sesuatu yang terlarang, pada permulaannya kami mulai bersanggama, saya sangat cepat sekali mencapai klimaks. Untunglah Ayu selalu menyuruh saya untuk menjilat-jilat dan menyedot-nyedot kemaluannya lebih dulu sehingga biasanya dia sudah orgasme duluan sampai dua atau tiga kali sebelum saya memasukkan penis saya kedalam liang peranakannya, dan setelah saya pompa hanya beberapa kali saja maka saya seringkali langsung menyemprotkan mani saya kedalam vaginanya. Barulah untuk ronde kedua saya bisa menahan lebih lama untuk tidak ejakulasi dan Ayu bisa menyusul dengan orgasmenya sehingga saya bisa merasakan empot-empotan vaginanya yang seakan-akan menyedot penis saya lebih dalam kedalam sorga dunia.

Ayu juga sangat doyan mengemut-ngemut penis saya yang masih belum bertumbuh secara maksimum. Saya tidak disunat dan Ayu sangat sering menggoda saya dengan menertawakan "kulup" saya, dan setelah beberapa minggu Ayu kemudian berhasil menarik seluruh kulit kulup saya sehingga topi baja saya bisa muncul seluruhnya. Saya masih ingat bagaimana dia berusaha menarik-narik atau mengupas kulup saya sampai terasa sakit, lalu dia akan mengobatinya dengan mengemutnya dengan lembut sampai sakitnya hilang. Setelah itu dia seperti memperolah permainan baru dengan mempermainkan lidahnya disekeliling leher penis saya sampai saya merasa begitu kegelian dan kadang-kadang sampai saya tidak kuat menahannya dan mani saya tumpah dan muncrat ke hidung dan matanya.

Kadang-kadang Ayu juga minta "main" walaupun dia sedang mens. Walaupun dia berusaha mencuci vaginanya lebih dulu, saya tidak pernah mau mencium vaginanya karena saya perhatikan bau-nya tidak menyenangkan. Paling-paling saya hanya memasukkan penis saja kedalam vaginanya yang terasa banjir dan becek karena darah mensnya. Terus terang, saya tidak begitu menikmatinya dan biasanya saya cepat sekali ejakulasi. Apabila saya mencabut kemaluan saya dari vagina Ayu, saya bisa melihat cairan darah mensnya yang bercampur dengan mani saya. Kadang-kadang saya merasa jijik melihatnya.

Satu hari, kami sedang asyik-asyiknya menikmati sanggama, dimana kami berdua sedang telanjang bugil dan Ayu sedang berada didalam posisi diatas menunggangi saya. Dia menaruh tiga buah bantal untuk menopang kepala saya sehingga saya bisa mengisap-isap payudaranya sementara dia menggilas kemaluan saya dengan dengan kemaluannya. Pinggulnya naik turun dengan irama yang teratur. Kami rileks saja karena sudah begitu seringnya kami bersanggama. Dan pasangan suami isteri yang tadinya menyewa kamar dikamar sebelah, sudah pindah kerumah kontrakan mereka yang baru.
Saya sudah ejakulasi sekali dan air mani saya sudah bercampur dengan jus dari kemaluannya yang selalu membanjir. Lalu tiba-tiba, pada saat dia mengalami klimaks dan dia mengerang-erang sambil menekan saya dengan pinggulnya, anak perempuannya yang bernama Efi ternyata sedang berdiri dipintu kamar tidur saya dan berkata, "Ibu main kancitan, iya..?" (kancitan = ngentot, bahasa Palembang)

Saya sangat kaget dan tidak tahu harus berbuat bagaimana tetapi karena sedang dipuncak klimaksnya, Ayu diam saja terlentang diatas tubuh saya. Saya melirik dan melihat Efi datang mendekat ketempat tidur, matanya tertuju kebagian tubuh kami dimana penis saya sedang bersatu dengan dengan kemaluan ibunya. Lalu dia duduk di pinggiran tempat tidur dengan mata melotot.

"Hayo, ibu main kancitan," katanya lagi.

Lalu pelan-pelan Ayu menggulingkan tubuhnya dan berbaring disamping saya tanpa berusaha menutupi kebugilannya. Saya mengambil satu bantal dan menutupi perut dan kemaluan saya .

"Efi, Efi. Kamu ngapain sih disini?" kata Ayu lemas.

"Efi pulang sekolah agak pagi dan Efi cari-cari Ibu dirumah, tahunya lagi kancitan sama Bang Johan," kata Efi tanpa melepaskan matanya dari arah kemaluan saya. Saya merasa sangat malu tetapi juga heran melihat Ayu tenang-tenang saja.
"Efi juga mau kancitan," kata Efi tiba-tiba.

"E-eh, Efi masih kecil.." kata ibunya sambil berusaha duduk dan mulai mengenakan dasternya.

"Efi mau kancitan, kalau nggak nanti Efi bilangin Abah."

"Jangan Efi, jangan bilangin Abah.., kata Ayu membujuk.

"Efi mau kancitan," Efi membandel. "Kalo nggak nanti Efi bilangin Abah.."

"Iya udah, diam. Sini, biar Johan ngancitin Efi." Ayu berkata.

Saya hampir tidak percaya akan apa yang saya dengar. Jantung saya berdegup-degup seperti alu menumbuk. Saya sudah sering melihat Efi bermain-main di pekarangan rumahnya dan menurut saya dia hanyalah seorang anak yang masih begitu kecil. Dari mana dia mengerti tentang "main kancitan" segala?

Ayu mengambil bantal yang sedang menutupi kemaluan saya dan tangannya mengelus-ngelus penis saya yang masih basah dan sudah mulai berdiri kembali.

"Sini, biar Efi lihat." Ayu mengupas kulit kulup saya untuk menunjukkan kepala penis saya kepada Efi. Efi datang mendekat dan tangannya ikut meremas-remas penis saya. Aduh maak, saya berteriak dalam hati. Bagaimana ini kejadiannya? Tetapi saya diam saja karena betul-betul bingung dan tidak tahu harus melakukan apa.
Tempat tidur saya cukup besar dan Ayu kemudian menyutuh Efi untuk membuka baju sekolahnya dan telentang di tempat tidur didekat saya. Saya duduk dikasur dan melihat tubuh Efi yang masih begitu remaja. Payudaranya masih belum berbentuk, hampir rata tetapi sudah agak membenjol. Putingnya masih belum keluar, malahan sepertinya masuk kedalam. Ayu kemudian merosot celana dalam Efi dan saya melihat kemaluan Efi yang sangat mulus, seperti kemaluan ibunya. Belum ada bibir luar, hanya garis lurus saja, dan diantara garis lurus itu saya melihat itilnya yang seperti mengintip dari sela-sela garis kemaluannya. Efi merapatkan pahanya dan matanya menatap kearah ibunya seperti menunggu apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Saya mengelus-elus bukit venus Efi yang agak menggembung lalu saya coba merenggangkan pahanya. Dengan agak enggan, Efi menurut, dan saya berlutut di antara kedua pahanya dan membungkuk untuk mencium selangkangan Efi.

"Ibu, Efi malu ah.." kata Efi sambil berusaha menutup kemaluannya dengan kedua tangannya.

"Ayo, Efi mau kancitan, ndak?" kata Ayu.

Saya mengendus kemaluan Efi dan baunya sangat tajam.

"Uh, mambu pesing." Saya berkata dengan agak jijik. Saya juga melihat adanya "keju" yang keputih-putihan diantara celah-celah bibir kemaluan Efi.

"Tunggu sebentar," kata Ayu yang lalu pergi keluar kamar tidur. Saya menunggu sambil mempermainkan bibir kemaluan Efi dengan jari-jari saya. Efi mulai membuka pahanya makin lebar.

Sebentar kemudian Ayu datang membawa satu baskom air dan satu handuk kecil. Dia pun mulai mencuci kemaluan Efi dengan handuk kecil itu dan saya perhatikan kemaluan Efi mulai memerah karena digosok-gosok Ayu dengan handuk tadi. Setelah selesai, saya kembali membongkok untuk mencium kemaluan Efi. Baunya tidak lagi setajam sebelumnya dan sayapun menghirup aroma kemaluan Efi yang hanya berbau amis sedikit saja. Saya mulai membuka celah-celah kemaluannya dengan menggunakan lidah saya dan Efi-pun merenggangkan pahanya semakin lebar. Saya sekarang bisa melihat bagian dalam kemaluannya dengan sangat jelas. Bagian samping kemaluan Efi kelihatan sangat lembut ketika saya membuka belahan belahan bibirnya dengan jari-jari saya, kelihatanlah bagian dalamnya yang sangat merah.

Saya isap-isap kemaluannya dan terasa agak asin dan ketika saya mempermainkan kelentitnya dengan ujung lidah saya, Efi menggeliat-geliat sambil mengerang, "Ibu, aduuh geli, ibuu.., geli nian ibuu.."

Saya kemudian bangkit dan mengarahkan kepala penis saya kearah belahan bibir kemaluan Efi dan tanpa melihat kemana masuknya, saya dorong pelan-pelan.

"Aduh, sakit bu..," Efi hampir menjerit.

"Johan, pelan-pelan masuknya." Kata Ayu sambil mengelus-elus bukit Efi.

Saya coba lagi mendorong, dan Efi menggigit bibirnya kesakitan.

"Sakit, ibu."

Ayu bangkit kembali dan berkata,"Johan tunggu sebentar," lalu dia pergi keluar dari kamar.

Saya tidak tahu kemana Ayu perginya dan sambil menunggu dia kembali sayapun berlutut didepan kemaluan Efi dan sambil memegang batang penis, saya mempermainkan kepalanya di clitoris Efi. Efi memegang kedua tangan saya erat-erat dengan kedua tangannya dan saya mulai lagi mendorong.
Saya merasa kepala penis saya sudah mulai masuk tetapi rasanya sangat sempit. Saya sudah begitu terbiasa dengan lobang kemaluan Ayu yang longgar dan penis saya tidak pernah merasa kesulitan untuk masuk dengan mudah. Tetapi liang vagina Efi yang masih kecil itu terasa sangat ketat. Tiba-tiba Efi mendorong tubuh saya mundur sambil berteriak, "Aduuh..!" Rupanya tanpa saya sadari, saya sudah mendorong lebih dalam lagi dan Efi masih tetap kesakitan.

Sebentar lagi Ayu datang dan dia memegang satu cangkir kecil yang berisi minyak kelapa. Dia mengolesi kepala penis saya dengan minyak itu dan kemudian dia juga melumasi kemaluan Efi. Kemudian dia memegang batang kemaluan saya dan menuntunnya pelan-pelan untuk memasuki liang vagina Efi. Terasa licin memang dan saya-pun bisa masuk sedikit demi sedikit. Efi meremas tangan saya sambil menggigit bibir, apakah karena menahan sakit atau merasakan enak, saya tidak tahu pasti.

Saya melihat Efi menitikkan air mata tetapi saya meneruskan memasukkan batang penis saya pelan-pelan.

"Cabut dulu," kata Ayu tiba-tiba.

Saya menarik penis saya keluar dari lobang kemaluan Efi. Saya bisa melihat lobangnya yang kecil dan merah seperti menganga. Ayu kembali melumasi penis saya dan kemaluan Efi dengan minyak kelapa, lalu menuntun penis saya lagi untuk masuk kedalam lobang Efi yang sedang menunggu. Saya dorong lagi dengan hati-hati, sampai semuanya terbenam didalam Efi. Aduh nikmatnya, karena lobang Efi betul-betul sangat hangat dan ketat, dan saya tidak bisa menahannya lalu saya tekan dalam-dalam dan air manikupun tumpah didalam liang kemaluan Efi. Efi yang masih kecil. Saya juga sebetulnya masih dibawah umur, tetapi pada saat itu kami berdua sedang merasakan bersanggama dengan disaksikan Ayu, ibunya sendiri.
Efi belum tahu bagaimana caranya mengimbangi gerakan bersanggama dengan baik, dan dia diam saja menerima tumpahan air mani saya. Saya juga tidak melihat reaksi dari Efi yang menunjukkan apakah dia menikmatinya atau tidak. Saya merebahkan tubuh saya diatas tubuh Efi yang masih kurus dan kecil itu. Dia diam saja.

Setelah beberapa menit, saya berguling kesamping dan merebahkan diri disamping Efi. Saya merasa sangat terkuras dan lemas. Tetapi rupanya Ayu sudah terangsang lagi setelah melihat saya menyetubuhi anaknya. Diapun menaiki wajah saya dan mendudukinya dan menggilingnya dengan vaginanya yang basah, dan didalam kami di posisi 69 itu diapun mengisap-ngisap penis saya yang sudah mulai lemas sehingga penis saya itu mulai menegang kembali.

Wajah saya begitu dekat dengan anusnya dan saya bisa mencium sedikit bau anus yang baru cebok dan entah kenapa itu membuat saya sangat bergairah. Nafsu kami memang begitu menggebu-gebu, dan saya sedot dan jilat kemaluan Ayu sepuas-puasnya, sementara Efi menonton kami berdua tanpa mengucapkan sepatah katapun. Saya sudah mengenal kebiasaan Ayu dimana dia sering kentut kalau betul-betul sedang klimaks berat, dan saat itupun Ayu kentut beberapa kali diatas wajah saya. Saya sempat melihat lobang anusnya ber-getar ketika dia kentut, dan sayapun melepaskan semburan air mani saya yang ketiga kalinya hari itu didalam mulut Ayu. "Alangkah lemaknyoo..!" saya berteriak dalam hati.
"Ugh, ibu kentut," kata Efi tetapi Ayu hanya bisa mengeluarkan suara seperti seseorang yang sedang dicekik lehernya.

Hanya sekali itu saja saya pernah menyetubuhi Efi. Ternyata dia masih belum cukup dewasa untuk mengetahui nikmatnya bersanggama. Dia masih anak kecil, dan pikirannya sebetulnya belum sampai kepada hal-hal seperti itu. Tetapi saya dan Ayu terus menikmati indahnya permainan bersanggama sampai dua atau tiga kali seminggu. Saya masih ingat bagaimana saya selalu merasa sangat lapar setelah setiap kali kami selesai bersanggama. Tadinya saya belum mengerti bahwa tubuh saya menuntut banyak gizi untuk menggantikan tenaga saya yang dikuras untuk melayani Ayu, tetapi saya selalu saya merasa ingin makan telur banyak-banyak. Saya sangat beruntung karena kami kebetulan memelihara beberapa puluh ekor ayam, dan setiap pagi saya selalu menenggak 4 sampai 6 butir telur mentah. Saya juga memperhatikan dalam tempo setahun itu penis saya menjadi semakin besar dan bulu jembut saya mulai menjadi agak kasar. Saya tidak tahu apakah penis saya cukup besar dibandingkan suami Ayu ataupun lelaki lain. Yang saya tahu adalah bahwa saya sangat puas, dan kelihatannya Ayu juga cukup puas.

Saya tidak merasa seperti seorang yang bejat moral. Saya tidak pernah melacur dan ketika saya masih kawin dengan isteri saya yang orang bule, walaupun perkawinan kami itu berakhir dengan perceraian, saya tidak pernah menyeleweng. Tetapi saya akan selalu berterima kasih kepada Ayu (entah dimana dia sekarang) yang telah memberikan saya kenikmatan didalam umur yang sangat dini, dan pelajaran yang sangat berharga didalam bagaimana melayani seorang perempuan, terlepas dari apakah itu salah atau tidak.

Anak menjadi pemuas nafsu ibunya

Kehidupan malam baru saja berangkat menanjak gulita. Suasana desa Baturan terasa lenggang. Angin berembus menyelusup celah-celah rumah Ibu Norma yang hanya ditemani anak lelaki semata wayangnya. Pikirannya gelisah menanti pagi. Pagi yang kelam sekelam mimpinya kemarin malam. Suami yang sangat dicintainya, yang telah menghidupinya dengan segala kemewahan dunia dan kemanjaan birahi, terkena skandal “Desa Gate”.


Kasus korupsi penyalahgunaan subsidi kesejahteraan masyarakat desa. Sebagai kepala desa, suami ibu Norma bertanggung jawab atas lancarnya dana tersebut di terima masyarakat prasejahtera. Rupanya nasib menentukan lain. Masyarakat sekarang mulai kritis dan penegakkan hukum sangat diperhatikan aparat pemerintah. Masyarakat sangat antipati melihat kebobrokan aparat desanya. Maka dijebloskanlah suami ibu Norma ke penjara. Segala perbuatannya selama sekian tahun diam-diam diintip oleh aparat pemerintah yang bernaung dalam badan yang bernama PKKN “Pemberantas Korupsi Kolusi dan Nepotisme”. Bukti-bukti yang telah dikumpulkan, meja pengadilan telah siap membeberkan dalil-dalil pembenaran atas kasus suami ibu Norma. Bila terbukti hukumnya MATI.
Dengan berdandan seadanya dan pikiran yang masih gundah. Ibu Norma melangkah masuk menemui suaminya. Penjagaan sangat ketat. Empat orang polisi mendampingi percakapan ibu Norma dan suaminya. Ibu Norma menjauh memandangi jendela yang terkurung besi kokoh. Saat suaminya berusaha membuka percakapan dengan anaknya.
“Bapak kapan pulang” dengan tatapan lugu anaknya bertanya pada bapaknya. Deg jantungnya serasa disetrum berpuluh-puluh watt listrik tegangan tinggi. Jantungnya serasa hangus dan jiwanya serasa terbang mendengar pertanyaan anaknya. Tidak tahukah anaknya, besok bapaknya akan dihukum mati. Vonis sudah keluar, segala banding sudah tidak berguna. Masyarakat dan pemerintah begitu bersatu menentang segala bentuk ketidaksenonohan oknum pemerintah.

Ibu Norma segera merangkul anaknya seraya melangkah keluar. Besok pukul 12.00 siang eksekusi mati atas diri suami ibu Norma akan dijalankan. Permintaan terakhir suaminya, meminta persetubuhan dengan istrinya. Didalam ruang yang tertutup dengan lampu yang temaram, ibu Norma dan suaminya bugil saling menatap tubuh satu persatu. Dirabanya dada suaminya yang bidang. Suaminya memagut bibir ibu Norma dan meremas buah dadanya yang masih kencang. Dihisapnya puting susu ibu Norma.
“Ahh..” desahan napas ibu Norma memantul setiap dinding ruang 3×4 tersebut. Desiran darah dan birahinya memuncak, menghilangkan kekalutan pikirannya. Puting susu ibu Norma mengeras pertanda birahinya memuncak. Kemaluan suaminya menegang siap memasuki vagina ibu Norma yang telah sekian lama tidak tersentuh senjata tumpul. Dalam kondisi masih berdiri, BLESS.. sedikit kesat kemaluan suaminya menerobos dinding vaginanya.
“Ahh.. trus pak..ahh..masukkan yang dalam..ahh..” dengan suara sedikit serak mengandung birahi, ibu Norma sangat menikmati vaginanya diterjang dan dimaju mundurkan oleh suaminya.
Dinding-dinding vaginanya mencengkeram batang kemaluan suaminya. BLEP..BLEPP..SRETT..SRETT.. bunyi kemaluan dan vagina yang sangat klasik. Dinding-dinding vaginanya sedikit demi sedikit mengeluarkan cairan pertanda kepuasan duniawai telah direngkuh. Matanya memejam merasakan sensasi yang luar biasa. Otot-otot vagina mulai mengendur dan cairannya membahasi lubang vaginanya. Suaminya semakin cepat memainkan kemaluannya. Maju mundur maju mundur, pantatnya bergoyang.
“Ahh..aku mau keluar.. bu..” semakin keras goyangan badan suaminya. Desiran nafsu birahi ibu Norma kembali memuncak. Otot-otot vagina ibu Norma mulai berkedut-kedut mencekram lebih kuat kemaluan suaminya.
“Ahh..keluar pak..keluar sama-sama.. ahh..” Crot-crort..crroott.. semburan sperma suaminya bercampur dengan cairan ibu Norma, Banjir! Lubang vaginanya basah oleh cairannya dan sperma suaminya. Satu dua menetes sperma suaminya keluar dari celah-celah lubang vaginanya. Dirangkulnya suaminya, seraya menangis.

Enam bulan telah berlalu. Kematian suaminya masih menyisakan kesedihan yang mendalam. Rumah yang jauh dari keramaian serta hanya ditemani oleh anak semata wayangnya, benar-benar membuat stress pikiran ibu Norma. Pikirannya kembali menerawang saat ibu dan anak tersebut menonton TV. Ibu Norma membayangkan saat-saat percintaannya dengan suaminya. Begitu romantis dan indahnya hidup saat itu. Airmatanya tak kuasa menerobos celah-celah kelopak matanya.
“Ibu, jangan menangis ya..” dengan lugu, seorang anak berumur delapan tahun menghapus airmatanya.
“Tidak, nak.. Ibu hanya kangen dengan bapakmu” matanya sembab memandang anaknya. Diusapnya rambut anaknya dengan kasih sayang. Diciumnya rambut anaknya, pipi dan bibir anaknya. Anak kecil yang lugu itu membalas ciuman ibunya dengan kasih sayang. Ibu Norma seperti menemukan gairah hidup, semangat membara.
Desiran darahnya perlahan-lahan berusaha naik, menguasai saraf-saraf birahinya. Ibu Norma benar-benar terlena dengan keadaan itu. Dilumatnya bibir anaknya dengan sedikit nakal. Seolah-olah roh suaminya masuk kedalam raga anaknya. Anak kecil berumur delapan tahun, pandai memberikan rangsangan birahi kepada ibunya. Diremasnya susu ibu yang masih terbalut pakaian. Satu persatu dibukanya kancing pakaian ibunya. Ibu Norma membiarkan kenakalan tangan anaknya. Pikirannya berkecamuk antara dua sisi black and white.

Antara birahi dan sayang bedanya sangat tipis. Saat sekujur tubuh telah dirasuki saraf-saraf nakal birahi, saat itulah nafsu akan muncul. Lumatan bibir kedua anak manusia yang dibatasi oleh status hidup, Ibu dan Anak makin menjadi-jadi. Ibu Norma begitu agresif melumat bibir anaknya. Dengan pakaian yang telah terbuka dan susu yang menggantung, ibu Norma membuat kemaluan anaknya menjadi keras. Perlahan-lahan dibukanya celana pendek anaknya. Kemaluan kecil tersebut tidak malu-malu lagi mendongak ke atas. Sepertinya kemaluan kecil tersebut masih bingung menunggu intruksi dari ibunya. Dengan lembut tangan ibu Norma meremas kemaluan kecil anaknya.

Berkali-kali diusapnya ujung kemaluan anaknya. Terlihat mata si kecil merem melek merasakan sensasi yang sangat luar biasa dan pertama baginya. Dengan tanpa disangka-sangka, ibu Norma melepaskan pagutan-pagutan dibibir anaknya. Bibirnya kemudian mencium kemaluan anaknya. Dari ujung kemaluan kecil tersebut hingga kedua pentol anaknya dilumatnya tanpa sisa. Dikulumnya kemaluan tersebut, dihisapnya dengan perlahan-lahan, maju-mundur kepala ibu Norma memasukkan kemaluan anaknya hingga memenuhi rongga-rongga mulutnya.
Birahi ibu Norma meledek-ledak membakar setiap sendi-sendi tubuhnya. Menjalar dari atas menyelusupi setiap tubuhnya hingga memuncak, membuatnya kehilangan daya pikir. Dilepasnya seluruh pakaiannya hingga tubuhnya polos tanpa ditutupi sehelai benang pun. Kedua susunya menggantung bebas menantang seakan ingin memamerkan kepada anaknya. Jamah diri ibumu sayang, reguk setiap tubuhku, nikmati nikmati kenikmatan duniawi ini bersama ibu. Seakan mengerti atau naluri purbanya menuntun, sikecil segera menghisap puting ibunya. Srep srep bunyi hisapan mulut anaknya menghisap susu ibunya. Hisapan yang berbeda saat sikecil menyusui mencari air susu ibunya.
Hisapan tersebut membuat sekujur tubuh ibu Norma meregang menahan geli. Begitu tidak tahan birahinya. Dengan perlahan ibu Norma merebahkan badannya di sofa merah tersebut. Kedua pahanya terbuka menantang, mempertontonkan lebatnya bulu-bulu kemaluannya. Berkedut-kedut vagina ibu Norma pertanda birahinya begitu memuncak. Dituntunnya kemaluan anaknya memasuki lubang vaginanya. B l e s.. tiada kata-kata yang dapat diucapkan, hanya erangan napas birahi ibu Norma dan bunyi paha keduanya beradu menimbulkan bunyi persetubuhan yang khas. Mata anaknya sedikit terpejam merasakan sensasi pertama baginya. Otot-otot kemaluannya sedikit memerah, menampakkan goresan.

“Ah ah ah” dari mulut anak kecilnya terdengar sembari menggoyangkan badannya. Maju dan mundur.
“Trus trus sayang.. ah.. ohh..” Ibu Norma melenguh memejam matanya. Rupanya kenikmatannya telah sampai. Pikirnya, walaupun kemaluan anaknya tidak begitu besar khas kemaluan anak-anak, rupanya bisa juga membuat dirinya terlena. Cengkeraman dinding vaginanya tidak begitu erat mencekram kemaluan anaknya. Dengan bebasnya kemaluan anaknya maju dan mundur mengikuti irama persetubuhan kedua orang manusia. Bles..bless..bless..
“Ibu.. aku mau piipiiss..” Sambil menarik badannya, sehingga crroott.. croott.. keluar sperma dari ujung kemaluan anaknya.

Muka dan buah dada ibu Norma terciprat oleh sperma anaknya. Anaknya hanya mematung memandang kemaluannya yang masih tersisa ceceran sperma. Sedikit demi sedikit ceceran spermanya jatuh pada paha ibu Norma. Ibu Norma hanya tersenyum melihat sikap anaknya yang terkesan bingung. Mungkin dia berpikir akan keluar air kencing, sehingga menarik kemaluannya. Padahal kalau di keluarkan didalam sensasinya akan lain. Dasar anak-anak, pikir ibu Norma

Saturday 15 August 2015

Ngentot sama tante mey dan 3 orang anaknya


  - Kejadian cerita seks ini berawal pada pertengahan bulan Mei tahun 2010, pesta seks yang aku lakukan dengan beberapa wanita abg ini sungguh mengesankan dan tidak pernah aku lupakan pengalamanku ini. Sungguh cerita panas dan cerita dewasa yang aku rasakan kali ini membuat gairah dan gelora jiwa mudaku bergejolak. Diawali denganphone seks, masturbasi dan terjadilah kenikmatan ngentot memek dan pepek-pepek wanita abg yang yahud ini.

Pada bulan Mei tersebut aku pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, tapi memang kata orang bahwa mencari pekerjaan itu tidak semudah yang kita duga, apalagi di kota metropolis. Pada suatu malam minggu aku tersesat pulang dan tiba-tiba saja ada mobil sedan mewah menghampiriku. Terus dia berkata,

“Hey.. kok.. melamun?” katanya.

Aku sangat kaget sekali ternyata yang menyapaku itu adalah seorang wanita cantik dan aku sempat terdiam beberapa detik.

“Eee.. Ditanya kko masih diam sih?” wanita itu bertanya lagi. Lalu aku jawab,
“Ii.. nii.. Tante aku tersesat pulang nih?”
“Ooohh.. Mendingan kamu ikut Tante saja yah?”
“Kemana Tante?” tanyaku.
“Gimana kalau ke rumah Tante aja yah?” karena aku dalam keadaan bingung sekali dan tanpa berpikir apa-apa aku langsung mengiyakannya.

Singkat cerita aku sudah berada di rumahnya, di perumahan yang super elit. Kemudian aku diperkenalkan sama anak-anaknya yang memang pada cantik dan sexynya seperti Mamanya.
Oh yah, setelah aku dan mereka ngobrol panjang lebar ternyata Tante yang nolong aku itu namanya adalah Tante Mey Lin yang dipanggil akrab Tante Mey mempunyai tubuh putih dan rambut panjang, mempunyai ukuran bra yang kira kira 42c dan payudara yang sangat pada , anak pertamanya Mbak Hanny berkulit putih mulus dan ukuran bra 42b dan payudara yang sangat montok, dia masih kuliah di Universitas terkenal di Jakarta

 anak yang kedua namanya Sherly kelas 1 SMU dia memiliki rambut sebahu berkulit sawo matang

yang ketiga namanya Poppy kelas 1 SMP dia berkulit putih mulus, bentuk tubuhnya sangat sexy

 mereka berdua di sekolahkan di sekolah yang terkenal dan favorit di Jakarta.

Walaupun aku baru pertama kenal, tapi aku sama bidadari-bidadari yang pada cantik ini rasanya sudah seperti keluarga sendiri , kami mengobrol di depan tv sampe larut malam
“hanny , sherly, poppy , udah malam kalian tidur sana besok kan kalian harus sekolah” kata tante mey
“Tapi mah , filmnya kan belum selesai” jawab poppy anaknya yang masih lugu
“sudah jangan membantah kata kata mamah, sekarang kalian masuk kamar dan tidur”
Setelah semua anaknya masuk ke kamar aku sangat kaget karna tante mey memegang penisku dan langsung mengulumnya
“tante mey, apa yang tante lakukan?” kataku
“dewa , tante sudah lama ngga di jamah laki laki , tante ingin malam ini kamu temani tante tidur yah”
Kesempatan besar ini , tersesat bisa jadi ngentot kataku di dalam hati
“Iya tan , aku mau”
“Dewa yuk kita ke kamar tante , biar lebih enak de”
“Iya tan”
Setelah sampai di kamarnya , dengan cepat tante mey menutup pintu dan langsung menciumku.
Kami berdua seperti sepasang kekasih yang sudah lama berpisah. Hingga tak  kami berdua sudah setengah bugil, aku tinggal CD saja dan tante Mey sekarang hanya memakai BH dan CD saja.
Tante sempat menari-nari di depanku untuk membangkitkan gairahku supaya semakin nafsu. “Wahh..!! Gile benar nih Tante, kok kayak masih umur 23 tahun saja yah?” gumamku dalam hati. Itu tuh.. Kayak Mbak Hanny anaknya yang pertama. Sungguh indah tubuhnya, payudara yang besar, kencang dan sekel sekali, pinggulnya yang sexy dengan pantat yang runcing ke atas, enak kalau dientot dari belakang? Terus yang paling menggiurkan lagi vaginanya masih bagus dan bersih. Itu gerutuku dalam hati sambil melihat Tante menari-nari.

Tante langsung menindihku lalu mencium bibirku dengan ganasnya lalu aku juga membalasnya, Tante menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku yang mulai tegang, juga kedua payudaranya ke dadaku.
 “Ooohh.. terus.. Tante, gesek.. dan.. Goyang.. yang kerass.. aahh.. oohh..” desahku.
“Dewa sayang itu penismu sudah bangun yah, rasanya ada yang menganjal di vaginaku cinta,” kata Tante Mey.

Lalu kami berdua tanpa ba.. bi.. bu.. langsung melakukan 69, dengan jelas terlihat vagina Tante Mey yang merah merekah dan sudah sangat basah sekali terlihat dari balik cd yang berwarna hitam yang basah, mungkin sudah terangsang banget karena tadi habis menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku. Lalu aku menjilat, mencium dan menghisapnya habis-habisan, kupermainan kritorisnya. Tante mengerang.

“Ooohh.. Eennaakk.. Dewaa.. sayang.. terus.. de .. ahhh.?”

Begitu juga dengan aku, penis rasanya sudah enggak tahan banget ingin masuk ke lobang vagina kenikmatannya.

“Ooohh.. yahh.. eenaakk terus.. Tante.. yang cepet kocokkannya..?”
“Cclluup.. Ccluupp..” Suara penisku didalam mulutnya.
“Dewa, vagina Tante sudah enggak tahan lagi sudah cepet lepasin, cepet masukin saja penis ke vagina tante sayang” Tante Mey meringis memohon.

Kemudian aku mengambil posisi diatas dengan membuka pahanya lebar lalu aku angkat ke atas dan aku mulai memasukan penisku ke dalam vaginanya. Bblless.. Bleess.. Bblleess..

“Awww.. Yeeahh.. Ssaakiitt.. De..”
“Kenapa Tante?”
“Pelan-pelan sayang, vagina tante sudah lama enggak dientot”
“Ooohh.. iya tante” jawabku.
“Tahan sebentar yah cinta, biar vagina Tante terbiasa lagi dimasukin penis,” katanya.
Sambil menunggu aku membuka BH tante mey, dan waowwww , payudara tante mey sangat kencang , padat , besar , dan montok
 ku remas remas payudara tante mey, ku hisap puting susunya
“Ahhhh, dewa...enak sayang , terusin”
Aku terus menjilat puting susu tante mey , dan tante mey berkata
“Nah Dewa, sekarang kamu boleh masukin dan entot vagina Tante sampai puas yah?”
“iya tante...”

Memang benar vagina Tante rupanya sudah lama enggak dimasukin penis lagi, terbukti aku sampai 3 kali hentakan. Bleess.. Bless.. Bblleess.. Akhir aku masukin semuanya penisku ke vaginanya. Tiga kali juga tente Mey menjerit.
“Ahhh..Ahhh...Ahhh...dewa genjot dan kocok vaginaku sayang”
 lalu aku mulai memasuk keluarkan penisku dari lambat sampai keras dan cepat sekali. Tante Mey mengerang dan mendesah.

“Ooohh.. ahh.. enak.. sekalii.. penis kamu Dewaa.., akhirnya vagina Tante ngerasain lagi penis.. terus.. Entot vagina Taann.. tee.. Dewaa.. Sayaanngg..” ceracaunya.
“Uuuhh.. Oohh.. Aaahh.. Yeess.. Ennaakk.. vagina Tante seret sekalii.. Kaya vaginanya perawan?” timbalku.
Tiba-tiba, “Dewaa.. Aku mau keluar nih? penis kamu hebatt..?”
“Tunggu Tante sayang, aku juga mau keluar nih..?”

Akhirnya Tante Mey orgasme duluan. Crott.. Ccroott.. Crroott.. Banyak sekali cairan yang ada dalam vaginanya, rasanya penisku hangat sekali.

“Tante aku mau keluar nih..?” kataku, “Dimana nih keluarinnya..?”
“Didalam vagina Tante saja Dewaa.. Please.. ingin air mani kamu yang hangat..?”
Ccrett.. Ccroott.. Ccrroott..
“Aaarrgghh.. Aarrgghh.. Oohh.. Mmhh.. Nikmat vagina Tantee..?” erangku.
Setelah lebih dari 2 jam aku bermain dengan tante mey tak terasa aku dan tante tidur pulas, karena kecapaian akibat pertempuran yang sengit tadi.
Sekitar jam 12 malam rasanya penisku ada yang mengulum dan mengocoknya. Ternyata Mbak Hanny,

“Ada apa Mbak?” tanyaku.

Wah gila dia, sambil mengocok penisku didalam mulutnya, tangan kirinya menusuk-nusuk vaginanya sendiri. Dia berkata,

“Dewa aku ingin dong dientot kaya mami tadi, yah.. please..”
Dia mempertegas, “Dewa tolong Mbak yah sayang, vagina Mbak juga sudah kangen enggak ngentot lagi, Mbak baru putus sama pacar habis enggak muasin vagina Mbak,” sambil membimbing tangan kananku untuk mengelus-elus vaginanya.
“Iyah deh Mbak, aku akan berusaha dengan berbagai cara untuk dapat membuat vagina Mbak jadi ketagihan sama penis aku,” jawabku vulgar.
“Kita entotannya dilantai karpet aja yah?” kata Mbak Hanny. Kalau di sini aku takut mengganggu Mami yang lagi tidur, entar Mami bangun lagi kalau ngentotnya diranjang,” dia mempertegas.

Mbak Hanny langsung telanjang bulat. Kami pun bercumbu, saling menjilat, mencium, menghisap seperti biasa, dengan gairah yang sangat menggelora sekali. Dan sekarang aku mulai memasukkan penisku ke lubang vaginanya, karena dia sudah gatel banget lihat aku ngentotin Maminya. Maka aku langsung aja, masukkan penisku. Bleess.. Bless.. Bleess..

“Aw.. Oohh.. Aahh.. Ahhh...?” erangnya.
“Sakit Mbak?” tanyaku.
“Enggak say, terusin saja enak banget kok kontol kamu gede banget Ahhh...”
Aku langsung mengkocoknya,
“Plak.. plakk.. plokk.. plookk..” suara paha kami berdua beradu.
“Vagina Mbak enaakk.. Sekali sih..?” sambil aku menggoyangkan pinggulku, terus dia juga mengimbangi goyanganku dengan arah yang berlawanan sehigga benar-benar tenggelam seluruh penisku ke dalam vagina surga kenikmatannya.
“Oohh.. ennak.. Dee.. waa.. terus.. entot.. mee.. meekk.. Mmbaakk.. sayyaanngg..?”
Akhirnya akupun ngentot lagi sama vaginanya Mbak Hanny, tapi Maminya enggak sedikitpun bangun mungkin capek main sama aku, habis aku bikin tubuhnya dan vaginanya melayang-layang. Lagi asyik-asyiknya ngentotin vaginanya Kak Hanny, tiba-tiba terdengar suara.

“Iiihh.. Kakak lagi ngapain?” mendengar suara tersebut, aku terkejut. Rupanya Shelly dan Poppy sedang asyik dan santainya melihat aku ngentot sama kakaknya.

Aku langsung aja berhenti dan seketika itu juga Mbak Hanny berkata,

“Dewa kenapa, kok berhenti sayang, terus dong entot memek Mbak, sampai enak dan nikmat sekalii..?”
“Ii.. ittuu.. ada..?”
“Ada apa?” katanya lagi penasaran. Pas dia menggerakkan wajahnya kekanan, terlihatlah adik-adiknya yang sama-sama sudah bugil tanpa sehelai benang pun. Lalu Mbak Hanny bicara,
“Eehh.. adik-adikku ini bandel sekali yah..!!”
Setelah dia tahu bahwa aku berhenti karena ada adik-adiknya yang sama sudah telanjang bulat.
“Heyy.. kenapa kalian ikut-ikutan telanjang?” kata Mbak Hanny.
“Kak aku ingin ngerasain dientot yah?” tanya Shelly sama kakaknya.
“Iyah nih Kakak kok pelit sih.. aku juga sama Kak Shelly ingin juga ngerasain penisnya Mas Dewa,” timbal poppy.
“Iyah kan Kak?” tanya poppy pada Shelly.
“Iyah nih.. Gimana sih..?” timbal Shelly.
“Please dong Kak? Rengek kedua anak tersebut?” terus mungkin sudah terlanjur mereka berdua melihat kakaknya ngentot dan sudah pada bugil semuanya, maka Kak Hanny membolehkannya.
“Iyah deh kamu berdua sudah telanjur bugil dan lihat kakak lagi dientot vaginanya sama penis Dewa?”
“Sini jangan ribut..” kata Kakaknya lagi, “Tunggu kakak keluar, yah.. entar kamu juga bakal kebagian adikku manis” kata kakaknya.
“Dewa cepetan kocokannya yang lebih keras lagi.. Kasihan vagina kedua adikku ini sudah pada basah.. tuhh..”
Akhirnya aku dan Mbak Hanny pun mempercepat ngentotnya kayak dikejar-kejar hantu. Dan akhirnya orgasme secara bersamaan.

“Aaarrgh.. Oohh.. Mmhh.. Aarrgghh.. Enak.. Sekalii.. saayang Aku sudah keluar” erangan Mbak Hanny.
“Aku juga sama Mbakk.. Rasanya penisku hangat sekali”

Setelah berhenti beberapa menit, lalu kedua anak abg ini mulai membangkitkan lagi gairahku, Shelly kakaknya lagi asyik mengocok penisku dalam mulut dan bibirnya yang sexy sedangkan Poppy mencium bibirku habis-habisan sampai kedua lidah kami saling bertautan dan aku pun tak tinggal diam, aku mulai meremas-remas toketnya yang sedang seger-segernya seperti buah yang baru matang.
Akhirnya kembali lagi aku ngentotin vagina adiknya yang masih perawan. Yang pertama kuentot vaginanya sherly yang kelas 1 SMU. Aku sangat kesulitan memasukan penisku karena vaginanya masih sempit dan perawan lagi.

“Benar nih, vagina kamu mau aku masukin?” tanyaku dengan penuh kelembutan, perhatian dan kasih sayang.
“Mau sekali Kak..?” jawabnya.
“Aku dari tadi sudah kepengen banget, ingin ngerasain gimana sih kalau vagina aku dimasukin penis Mas dewa? Kelihatannya Kak Hanny enak dan nikmat banget, waktu Kakak lagi ngentotin dia?” jawab polosnya.
Lalu aku suruh dia diatas aku dibawah dan akhirnya dia memasukan juga. Bles.. Bless.. Bbleess..
“Aw.. Aahh.. Ohh.. Kak.. sudah.. Masuk belumm..?” sambil dia mengedangah ke atas, bibir bawahnya digigit lalu kedua payudaranya dia remas-remas sendiri sambil dia menekan pantatnya kebawah.
“Tekan lagi kak masih kepalanya yang masuk?”
Akhirnya dengan dibantu aku memegang pantatnya kebawah, akhirnya masuklah semuanya.
“Aahh.. oohh.. yeeahh.. masuk semuanya yah kak?” katanya.
“Iyah Shelly sayang, gimana enak kan?” tanyaku sambil aku mencoba menggenjotnya.
“Enak.. sekali.. Kak Dewa..”
“Ini belum seberapa Selly. Ntar kamu akan lebih nikmat lagi?” lalu aku kocok vaginanya dan akhirnya dia orgasme duluan. Creett.. Creett.. Ccroott..
“Aakk.. saayyaanngg.. aa.. kuu.. mau.. keluar nihh..” eranganya.
Sambil memelukku erat-erat dan pantatnya ditahan ke belakang karena dia ada diatas, lalu aku pun sama menghentakkan pantatku ke depan, arah yang berlawanan supaya dia benar-benar menikmatinya, penisku tertekan lebih dalam lagi ke lubang vaginanya. Dia langsung lemes sementara aku belum orgasme dan kulihat Poppy sedang dioral vaginanya sama kakaknya, Mbak Hanny.

“Sudah dong kak..?” kataku pada Mbak Hanny.
“Kasihan tuhh.. vagina Poppy sudah ingin banget ngerasain di tusuk sama penisku ini?” kataku lagi
“Iyah Kak Hanny, sudah dong kak?” kata Poppy.
“Aku sudah enggak tahan sekali dari tadi lihat Kak Shelly dientot sama penisnya Dewa, sepertinya nikmat dan enak sekali?” katanya memohon agar Kak Hanny melepaskan oralnya di dalam vaginanya.

Akhirnya kami berempat mulai perang lagi, aku mau masukin penisku ke vaginanya Poppy sambil nungging (doggy style) kemudian Poppy menjilat vaginanya Mbak Hanny dan Mbak Hanny menjilat vaginanya Shelly yang sudah seger lagi.
“Wah.. seretnya bukan main nih vaginanya Poppy, dia masih kelas 1 SMP jadi lebih sempit dibanding kakak-kakaknya dan cengkramannya pun sangat kuat sekali.”
“Bleess.. Bless.. Bleess..”
“Awww.. Awww.. Ooohh.. Ooohh..” Poppy menjerit lagi setiap aku mau memasukkan lagi penisku.
“Sakit yah?” tanyaku sambil aku meremas-remas payudaranya.
“Ii.. Iyah.. kak.., Tapi kok enak banget sih? terusin aja Kak Dewa.. Vagina poppy rasanya ada yang mengganjal dan rasanya hangat dan berdenyut-denyut,” katanya.
Sambil merem melek karena aku mulai menggenjot vaginanya.

“Oohh.. terruuss.. aakk.. saayyaang.. p.. vaginanya Poppy yah..” ceracaunya.

Dan rasanya dia mulai juga menggoyangkan pinggulnya.

“Tenang poppy... aku.. akan.. berusaha.. muasin vaginanya dik.. Poppy.. Yah..”

Dan akhirnya aku ngentot vagina keempatnya. Lalu aku dengar dia berkata,

“Aku mau keluar nih?”

“Sabar taahann.. duu.. Luu.. Yah..”

Namun baru sekali ini vaginanya dientot dia tak bisa nahan dan..

Crott.. Croott..

“Aarhhgg, eemmhh.. oohh..ahhh...Ahhh...nikmat banget aakh..?” eranganya.
“Makasih.. Yah kak..?” sambil dia tersenyum.
“Aku.. pipisnya kok.. enggak biasanya, tapi enak banget sih.”
“Aku mau keluar nih, dimana sayang?” tanyaku.
“Aakkh.. didalam vaginaku aja yah.. Aku ingin ngerasain.. Gimana di siram air mani penis..”
Ccrroott.. Crroott.. Crott..

Akhirnya aku tumpahkan ke dalam lobang vaginanya dan sebagian lagi kuberikan sama Kak Hanny dan Shelly

Total Pageviews

Powered By Blogger

Translate

Send Quick Massage

Name

Email *

Message *

Entri Populer